Sajak Kaum Nelayan dan Puisi Lainnya
Penulis: Sholikin
Derita Air Mata
Serpihan kenangan suram
masih berserakan di jalan ingatan
yang waktu tak mampu menyingkirkannya
Usai kau padamkan lampu di relung hati
sering aku tenggelam ke dasar sunyi
mencari embun kata, yang entah
hanya menemukan ketabahan
yang bermandikan air mata
Sepi meniti di tubuh waktu
tak kunjung berhenti
aku terus bercumbu akan bayanganmu
dan dipeluk hangatnya kenangan kita dahulu
Di kantung hatimu tertampung air jernih
yang tertuang dari gelas cintanya
aku menggenang di dalamnya
lalu hanyut di gelap matamu
Kuala Dua, 2021
Sajak Kaum Nelayan
Di seperempat malam
sebelum rembulan terbenam
debur ombak memecah sunyi
bergemaung kidung suci
membangunkan mata-mata mimpi
Usai bersimpuh pasrah
kaum nelayan menaruh nasib di jantung laut,
berpijarkan harapan
seperti rembulan
Sementara ganasnya ombak
tak meredam pintanya yang bergejolak
dengan sabar menjala segerombolan ikan
dan mengangkat pukat-pukat yang diperam
Terus ia mengais rezeki
hingga matahari mengintip di pintu pagi
ia pun menepi di bibir daratan
dengan mekar senyum kebahagiaan
Kuala Dua, 2021
Terbenam
: Ibuku
Sebelum subuh berlabuh
kau pun terbenam
ke haribaan-Nya
kuharap dadamu dipenuhi segumpal awan putih
terajut di siangmu yang ringkih
Tiap kali kulihat
hari-harimu terkupas tajamnya waktu
bercampur debu jalanan
dihimpit bebatuan
Selamanya aku kehilangan kilaumu
sementara keluhku berputar entah
seperti tak memiliki tempat singgah
Pada kerelaan hati ini
aku terus menghadiahkanmu wewangian doa
berharap ruangmu dipenuhi cahaya.
Kuala Dua, 2021
Menggenggam Duri Kehidupan
: A B G
Kau tinggalkan tanah kelahiran
lantaran peluh yang tersiram di lipatan hari
tak cukup membasahi kerongkongan
adik-adikmu mengecap getirnya pendidikan
walau bening harapan serupa sisik ikan
tapi waktumu berjelempah di mata pisau
yang terus mengupas impianmu
Sering kita berjumpa melalui suara
kau kabarkan bahumu ringkih memikul kota
yang terisi penyakit hati
pun mulutnya penuh celotehan kosong
seperti anjing menggonggong
Kau tahu, Bang? di beranda waktu
kecemasan mendemo pikiran ibu
menyuarakan rindu ingin bertemu
menenggelamkan tubuhmu
di laut dadanya yang biru
Maka pulanglah, Bang!
pada tanah dan mekar hutan
barangkali hidup tumbuh subur
bila nasib bergantung di rimbun kebun
pulanglah, Bang
pun kota sekarang tak enak
memangku kehidupan
Kuala Dua, 2021
Surut Kasihmu
cukup sudah kuberikan hidupku untukmu;
perasaan, kesetiaan, waktu yang pecah di matamu
lantaran lelah merekam badai kehidupan
dan hatimu yang saban hari mengunduh keluh
Biarlah semua menjadi kenangan using
membusuk dalam ingatan
sebab ini juga yang kau pinta
untuk mengakhiri cerita kita
Di palung paling dalam
menggenanglah luka-luka
yang terus kutimba
Aku berharap
bunga-bunga yang jatuh di bibirmu
tak lagi menebarkan aroma wanginya
menghinggap lalu pergi
Kuala Dua, 2021
0 Response to "Sajak Kaum Nelayan dan Puisi Lainnya"
Post a Comment