Kang Dodi Perajin Gitar
Penulis: Algo YP
Pria paruh baya bernama kang Dodi, yang dalam kesehariannya disibukan dengan ukur-mengukur
perkayuan berujar, "jangan kenal
gitar!!".
Di studio musik yang megah nan mewah, sampai di gang-gang senggol perkampungan di Rawa Beling, gitar merupakan alat musik penghibur yang tidak terlalu sulit dijumpai. Dapat dikatakan, setelah sendok dan piring, perabot yang nyaris selalu
dapat
dijumpai di setiap rumah tangga hingga
rumah bereskalator mungkin adalah gitar.
Untuk sebagian orang, gitar hanya
kayu bolong yang memiliki senar dan kemudian digonjreng untuk menghibur. Namun
bagi beberapa orang yang menggilai instrumen atau alat musik yang
satu ini
memikiki sakralitas tersendiri.
Kesakralan yang dimaksud bukan berarti terkait hal
hal mistis semata. Tetapi lebih cenderung pada
proses itu sendiri. Bagi kang Dodi, sakral itu
adalah kesalahan. Sebab belajar tanpa memiliki guru biologis, berarti dirinya harus bertelanjang pada guru sejati yakni
salah. Salah menjadi bagian dari sakral, dan sakral melahirkan anak pertamanya yang bernama sabar. Kemudian disusul sadar dan si bungsu
bernama ikhlas. Dijalani dengan sabar,
dilakukan secara sadar, dan rasakan
prosesnya dengan ikhlas. Kurang-lebih begitulah guru sejati salah dalam
mendidik si kang Dodi.
Sebuah gurindam lawas menyebutkan bahwa, barang siapa bisa
menjaga mata, maka dia akan mampu menjaga
keinginannya. Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah masih perlu menjaga
keinginan, jika kemampuan kantong tidak berbanding lurus
dengan kemampuan memiliki dan membeli sesuatu? Apakah menjadi sebuah kesalahan, jika ingin
memiliki kemampuan membuat sesuatu guna mensiasati si harga barang?
Pria bernama kang Dodi ini, merupakan
pria campuran Jatiwangi mix Garut. Dia tidak pernah menyangka bakal menetap di Cirebon dan mampu mengolah kayu menjadi barang bunyi petik
benama gitar.
Tidak kurang dari 25 tahun dia bergelut dengan anatomi pergitaran. Kisahnya
bermula saat dia duduk di bangku SMA. Kala
itu, kugiran-kugiran cadas baik
dalam dan luar negeri sedang mendemami Indonesia. Kang Dodi muda mau-tidak mau dirayu bebunyian cadas kala itu,
dan gitar merupakan senjata yang dia pilih untuk kemudian
dia pelajari teknik ini-itunya.
Maksud hati menjadi guitar hero, ternyata cerita
membawanya ke dunia gitar yang lain. Kondisi keuangan menyulitkan kang Dodi muda memiliki gitar elektrik. Konon katanya, setiap memyaksikan pertunjukan musik di televisi, dia sering kali
merasa sedih melihat gitar-gitar yang tak kunjung mampu dia miliki. Berangkat
dari hal tersebut, dia berfikir
bagaimana caranya memiliki gitar sendiri. Dan dari sekian cara mendapatkan
gitar yang mampir sekaligus masuk akal dalam pikirannya, adalah dengan membuat gitar
sendiri.
Lalu bagaimana dia memulai? Tidak lain dan tidak bukan adalah dengan
keberanian. Diawali dengan membongkar dan mengukur
secara manual gitar elektrik prince seorang kawan, dari sana dia
menemukan keasyikan tersendiri.
Bagian demi bagian dia pelajari. Mulai dari headstock, neck, body,
hardware, frekuensi suara, hingga resonansi suara menjadi bagian yang dia
pelajari dengan kemampuan yang dia miliki.
Menurut hematnya, "ilmu datang
tanpa diminta", dan sekarang si kang Dodi tidak saja mampu memenuhi keinginannya memiliki gitar. Di kota Cirebon yang hangat ini, nama kang Dodi perlahan dikenal dari mulut ke mulut.
Bagi beberapa orang yang menggilai gitar, hasil karya kang Dodi tidak bisa dipandang sebelah mata. Walau nama dia belum sebesar Luthier atau pengrajin gitar di kota-kota besar, kemampuanya dalam mengolah kayu tidak bisa diremehkan.
Berbekal tools dan perabot olah seadanya, bukan berarti hasil karya
gitar olahnya seadanya pula. Justru dapat dikatakan, keterbatasan, membuatnya semakin
mencari cara menghasilkan karya yang maksimal. Tidak terasa tahun demi tahun
berlalu, tanpa disadari rangkaian proses pmbelajaran membuat gitar mengalir
dengan sendirinya. Orang silih datang-pergi memesan gitar yang sesuai guna
kebutuhan musiknya. Menurut kang Dodi, "setiap kedatangan membawa pembelajaran baginya”. Sebab tiap-tiap keinginan orang yang berbeda-beda, dan dari sana
ia
memperoleh pelajaran berharga.
Berbicara prestasi, jelas dia orang
yang tidak terlalu peduli, dan mengingat-ngingat apa saja yang telah dia
hasilkan. Satu hal yang dia yakini adalah, dia mesti dan harus tetap belajar. Rasa haus dan dahaga
akan dunia cipta, merupakan alasan kuat dia
mesti menghasilkan buah karya yang sesuai bagi dia, dan bagi yang membutuhkan jasanya.
0 Response to "Kang Dodi Perajin Gitar"
Post a Comment