Miyangga dan Puisi Lainnya
Penulis: Intan Hafidah NH
Udara
Itu, Aku
Udara
itu, aku
berhembus
di antara
belantara
kata
membekas
nama-nama
di
ingatan para pegembara
menyelesaikan
tugas mulia
menuntaskan
rasa rumpang di dada
Udara
itu, aku jelmaan cinta
seorang
pujangga meramu dewasa
dengan
sajaknya
Banyumas, 2020
Ambang Karam
; Jasad Terambang
Semesta bungkam
aliran merangkak sunyi
di dalam dadanya
gelembung udara
telah tiada
Angin kabarkan pada mereka
terambang di antara tiang titian
ia menunggu
Tidak ada yang tahu
bulir-bulir tangis tubuh kesepian
berenang mencari tepian doa
Banyumas, 2020
Miyangga
Miyangga, masihkah kau terjaga?
di malam dan pagi buta
Aku mendengar doamu
di sepanjang gemercik
aliran sungai Jawa
Miyangga, masihkah kau terjaga
berdoa diiringi lolongan serigala
di alas sampai tepi segara?
Semoga kau tenang
bersemayam dalam diam
di kedung yang kini dangkal
Banyumas, 2020
Tubuh
Puisi
Tidak
ada tubuh
paling
pasrah selain puisi
perlahan
waktu menelanjangi
pakaiannya
yang masih rapi
melayani
cinta sampai malam pergi
menyuarakan
kisah kasih sunyi
mari
sama-sama,
kita
mulai membuka kata
siapa
yang paling tak dimengerti
aku
atau kau, puisi?
Banyumas, 2020
Jeda
Mari
sama-sama
menanam
semoga
di
ladang doa
mengaharokati
raga
dengan
rasa
membaca
cita
dari
cinta
mari
sama-sama
memaknai
jeda
dengan
suka cita
berbahagia
menunaikan
tirakat
;
jeda
Banyumas, 2020
0 Response to "Miyangga dan Puisi Lainnya"
Post a Comment