Pengorbanan dan Keberanian Abu Ubaidah bin Jarrah
Penulis: Idris Andrianto
Nama lengkapnya adalah Amir bin Abdullah bin Jarrah
yang biasa dikenal dengan sebutan Abu Ubaidah. Abu Ubaidah merupakan seorang
dengan memiliki badan tinggi, kurus, berwibawa bermuka ceria, rendah diri dan
sangat pemalu. Beliau termasuk orang yang disenangi oleh semua orang, karena
sikapnya yang lemah lembut dan memiliki kakarteristik yang tenang.
Wajahnya mudah berkeringat dan jenggotnya
tipis. Beliau memiliki istri yang bernama Hindun bin Jabir dan dua orang anak
yang bernama Yazid dan Umair. Namun, kedua
anaknya telah meninggal dunia sehingga beliau tidak lagi mempunyai keturunan
hingga akhir hayatnya.
Kehidupan Abu Ubaidah tidak jauh berbeda
dengan para sahabat lainnya, yaitu berjuang dan mengorbankan segalanya demi
tegaknya agama Islam. Hal tersebut terlihat ketika beliau harus hijrah ke Ethopia
(Habsyi) pada gelombang kedua, demi menyelamatkan aqidah yang dipegangnya. Tapi,
setelah mendengar Islam akan berperang, Abu Ubaidah tanpa pikir panjang
langsung menyertai Rasulullah Saw untuk berjuang menegakkan Islam.
Abu Ubaidah dikenal sebagai sahabat yang jiwa
kepahlawanan dan pengorbananya sangat gemilang. Hal tersebut tampak ketika
perang Badar. Ketika perang berkecamuk beliau berusaha menghindari peperangan
dengan ayahnya yang merupakan kaum musyrikin pada pada waktu itu.
Namun, ayahnya selalu mengejarnya dan berusaha
membunuhnya. Maka Abu Ubaidah tidak memiliki jalan lain selain melawan ayahnya
sendiri dalam peperangan. Dan pada akhirnya, peperangan pun terjadi antara ayah
dan anak. Mereka saling serang dan bertahan. Sampai akhirnya orang tua yang
musyrik tersebut mati di tangan anaknya sendiri, yang lebih memilih mencintai
Allah dan Rasul-Nya dari pada orang tuanya. Lalu turunlah ayat yang berbunyi :
لَا تَجِدُ قَوۡمًا يُّؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰهِ وَالۡيَوۡمِ الۡاٰخِرِ
يُوَآدُّوۡنَ مَنۡ حَآدَّ اللّٰهَ وَرَسُوۡلَهٗ وَلَوۡ كَانُوۡۤا اٰبَآءَهُمۡ
اَوۡ اَبۡنَآءَهُمۡ اَوۡ اِخۡوَانَهُمۡ اَوۡ عَشِيۡرَتَهُمۡؕ اُولٰٓٮِٕكَ كَتَبَ
فِىۡ قُلُوۡبِهِمُ الۡاِيۡمَانَ وَاَيَّدَهُمۡ بِرُوۡحٍ مِّنۡهُ ؕ وَيُدۡخِلُهُمۡ
جَنّٰتٍ تَجۡرِىۡ مِنۡ تَحۡتِهَا الۡاَنۡهٰرُ خٰلِدِيۡنَ فِيۡهَا ؕ رَضِىَ
اللّٰهُ عَنۡهُمۡ وَرَضُوۡا عَنۡهُ ؕ اُولٰٓٮِٕكَ حِزۡبُ اللّٰهِ ؕ اَلَاۤ اِنَّ
حِزۡبَ اللّٰهِ هُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ
Artinya : Engkau (Muhammad) tidak akan mendapatkan suatu kaum yang
beriman kepada Allah dan hari akhirat saling berkasih sayang dengan orang-orang
yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapaknya,
anaknya, saudaranya atau keluarganya. Mereka itulah orang-orang yang dalam
hatinya telah ditanamkan Allah keimanan dan Allah telah menguatkan mereka
dengan pertolongan yang datang dari Dia. Lalu dimasukkan-Nya mereka ke dalam
surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah
ridha terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan
rahmat)-Nya. Merekalah golongan Allah. Ingatlah, sesungguhnya golongan Allah
itulah yang beruntung. (QS. Al-Mujadilah : 22).
Pengorbanan Abu Ubaidah juga terlihat ketika
perang Uhud, di mana waktu itu pasukan muslimin kocar-kacir dan banyak yang
meninggalkan pertempuran. Akan tetapi Abu Ubaidah justru berlari
menghampiri Rasulullah Saw untuk
melindunginya, dan melawan musuh tanpa takut sedikit pun. Kemudian beliau
melihat pipi Nabi terluka karena terhujam beliau, segera Abu Ubaidah mencabut
rantai dari pipi Nabi Saw dengan gignya.
Akhirnya, rantainya terlepas bersamaan gigi seri
Abu Ubaidah yang terlepas dari tempatnya. Begitu pun dengan rantai selanjutnya,
beliau melepaskan rantai yang kedua dengan mengigit rantai besi sampai
terlepas. Hingga dua gigi seri Abu Ubaidah terlepas. Sungguh besar pengorbanan
dan keberanian Abu Ubaidah. Rasul pun memberi gelar “Gagah dan Jujur” kepada
Ubaidah.
Suatu ketika, kaum nasrani datang menemui Rasulullah
Saw. Mereka mengatakan: “Ya Abul Qasim, kirimkan kepada kami sahabatmu yang
engkau percayai untuk menyelesaikan kendaraan kami”. Rosulullah Saw bersabda,
“Datanglah ke sini nanti sore, saya akan kirimkan seorang yang gagah dan
jujur.” Setelah sholat dhuhur Rosulullah Saw menunjuk Abu Ubaidah untuk menyelesaikan
perselisihan antara mereka dengan adil. Lalu Abu Ubaidah pun berangkat bersama
kaum nasrani dan akhirnya masalah terselesaikan.
Di masa Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq, Abu
Ubaidah dipercaya sebagai ketua Pengawas Perbendaharaan Negara. Kemudian Abu
Bakar Ash-Shiddiq mengangkatnya menjadi gubernur Syam. Jabatan ini diemban Abu
Ubaidah sampai khalifah Umar bin Khattab. Lalu pada Kekhalifahan Umar bin
Khattab, Abu Ubaidah diangkat menjadi panglima perang menggantikan Khalid bin
Walid.
Selain dari pengorbanannya yang luar biasa,
Abu Ubaidah juga memiliki kehidupan yang sangat sederhana. Hal tersebut
terlihat ketika Umar bin Khattab pernah berkunjung ke Syam ketika beliau masih
menjabat sebagai gubernur. Saat mau berkunjung, umar dilarang untuk ke rumah
beliau, tapi karena memaksa, akhirnya Abu Ubaidah mengizinkannya berkunjung.
Umar terkejut saat melihat rumah Abu Ubaidah
seorang gubernur Syam. Ia mendapati rumah sang gubernur Syam kosong melompong,
tidak ada perabotan sama sekali. Umar bin Khattab pun bertanya. “Hai Abu
Ubaidah, di manakah kehidupanmu? Mengapa aku tidak melihat apa-apa selain
sepotong kain yang lusuh dan sebuah piring besar itu? Padahal kau seorang
gubernur, apakah kau memiliki makanan?”
Abu Ubaidah kemudian berdiri dari duduknya menuju
ke sebuah ranjang dan mengambil arang di dalamnya. Umar bin Khattab meneteskan
air mata melihat kondisi gubernurnya seperti itu. Lalu Abu Ubaidah berkata,
“Wahai Amirul Mukminin, bukankah sudah kukatakan jika kau ke sini hanya untuk
menangis melihat rumahku.” Umar berkata, “Ya Abu Ubaidah, banyak orang-orang
yang tertipu oleh godaan dunia.” Lalu setelah itu Umar pulang dengan perasaan
sedih.
Suatu ketika Umar bin Khattab mengirimi uang
kepada Abu Ubaidah dengan jumlah uang senilai empat ribu dinar. Lalu orang yang
diutus oleh Umar bin Khattab melaporkan bahwa uang yang diberikan beliau
dibagi-bagikan oleh Abu Ubaidah kepada masyarakat sekitar. Umar bin Khattab
berujar,“Alhamdulillah, puji syukur kepada-Nya karena telah menjadikan
seseorang dalam Islam yang memiliki sifat seperti Abu Ubaidah.
Semoga kita bisa mengambil hikmah dari sosok Abu
Ubaidah. Amiinnn.
Wallahu a’lam.
Posting Komentar