Seseorang yang Menamakan Dirinya Penyair dan Puisi Lainnya
Penulis: Odieng
Seseorang
yang Menamakan Dirinya Penyair 1
Sesuatu
baru saja terjadi
Sepulang
melaksanakan ibadah,
Seseorang
yang menamakan dirinya penyair
Kedatangan
tamu sekumpulan puisi
“mohon
maaf, dari penyair siapa anda berasal”
“kami
dari sekumpulan puisi yang kau culik dari mata seorang wanita”
Seseorang
yang menamakan dirinya penyair
Beranjak
memasuki dirinya
Keluar
dengan sebuah peti yang dibukanya perlahan
kau,
dia, aku, yang , jika, nanti, entah, lesung, mata, senyum, alis serta beragam
tanda tanya
terbang
berhamburan
“mereka
semua berasal dari mata seorang wanita yang sama”
“lantas,
mengapa tuan tak lagi mengenali kami?”
Seseorang
yang menamakan dirinya penyair
kembali
memasuki dirinya
Dan
keluar dengan tiga tanda tanya:
Satu
di antaranya untuk seorang wanita, sisanya
untuk kalian dan saya,
Mengapa
masih dari mata seorang wanita yang sama ?
2020
Seseorang
yang Menamakan Dirinya Penyair 2
Sengaja
aku tak lama mengunjungi pipimu
Terlalu
ranum bagi tubuhku yang astagfirullah ini
Tapi
aku minta satu hal, jerawat di atas keningmu
Biarkan
saja tumbuh
Atau
jika kau tega memecahkan jerawat itu
Kau
akan merayakan pesta kematian
Sebab,
disana Izrail akan menjemput sukmaku
2020
Seseorang
yang Menamakan Dirinya Penyair 3
Tuhan,
aku kalah !
Tak
ada yang lebih menyesatkan
Daripada
melawan puisi yang belum dirampungkan penyair
Titik
pada tanda seru itu, tempat penyair memulai puisi
Yang
enggan ia rampungkan, titik.
2020
Jika
Nanti
Pada
sebuah hari, penduduk bumi
Telah
seluruh menjelma sosok perempuan
Melihatmu
yang masih tersisa dari keturunan Adam,
Mereka
mengajakmu bermain
Batu
kertas gunting; bersuit dengan nasib
Tak
ada satu pun laki laki
Hanya
kau seorang laki laki yang tersisa
Para
laki laki telah terbang menuju tempat yang hingga saat ini
Kau
sendiri tak mengetahui ke mana
Jika
nanti waktu telah bosan menjadi kekasihmu
Tunggu
aku di tempat kau biasa menyetubuhi waktu
Aku
akan datang dengan tubuh yang dibawa Hawa turun ke bumi
Mereka
yang tersisa
Sengaja
ditinggal kekasihnya
Sebab,
bercinta bagi mereka adalah mengerjakan luka dengan cara berbeda
Perempuan
hanya jembatan
Pergi
dari satu luka menuju satu, dua dan tiga luka yang sama
Jika
nanti waktu telah bosan menjadi kekasihmu
Tunggu
aku di tempat kau biasa menyetubuhi waktu
Aku
akan datang dengan tubuh yang dibawa Hawa turun ke bumi
Hingga
saat ini kau masih duduk menyilakan kedua nasib seorang diri
Berusaha
tidak menitipkan suatu apapun pada mata setiap perempuan
Jalanmu
menuju aku
Aku
masih bersembunyi melihatmu dari serambi takdir waktu
2020
Entah
Entah.
Tiba tiba aku ingin merayakan pesta kematian
Di
pelataran depan rumahmu
Agar
pusara yang telah kau sediakan di samping kiri rumahmu cepat berpenghuni
Tak
ada yang salah. Mencintai adalah huruf terakhir pada puisi setiap penyair
Entah.
Tiba tiba aku ingin merayakan pesta kematian
Di
pelataran depan rumahmu
Hingga
saat ini aku tak bisa membedakan:
Aku
yang pergi atau bayanganmu yang datang
Pesta
kematian di pelataran depan rumahmu
Adalah
satu cara menyatukan dua jalan;
Bayanganmu
dan kepergianku
Entah.
Tiba tiba aku ingin merayakan pesta kematian
Di
pelataran depan rumahmu
Agar
kau dapat melihat bagaimana Izrail
Mencabut
nyawa seorang penyair sembari membacakan puisi perpisahan
Kata
seorang penyair, cinta tidak bisa dibuktikan dengan apapun, kecuali kematian
Entah.
Tiba tiba aku ingin merayakan pesta kematian
Di
pelataran depan rumahmu
Kematian
seorang penyair yang ditikam kata terakhir pada puisinya sendiri.
Entah.
Tiba tiba pesta perayaan itu telah usai.
2020
0 Response to "Seseorang yang Menamakan Dirinya Penyair dan Puisi Lainnya"
Post a Comment