Beranjak Dewasa dan Puisi Lainnya
Penulis: Mauliya Nandra Arif Fani
Beranjak Dewasa
Getaran waktu sudah merubah
Garis hidupku menjadi megah
Jiwa yang teduh di lembah asmara
Tempat berlayar hatimu cinta,
Kunantikan bunga putih
Kini kau berikan, kasih
Suatu senja nan merah
Kau membawaku melangkah
Menuju alam hijau
Yang penuh cahaya silau
Sungguh! Bernyanyilah hatiku
Merasakan getaran cintamu
Banjarnegara, 2019
Bukit Hijau Whatsapp
Di bukit hijau whatsapp
Burung kata-kata berkicau ria
Kode bunga bermekaran
Beraneka warna
Adakah yang dapat mengartikan
Gaungnya sampai pada cerita
Aku enggan berkisah dulu
Sebelum daun undangan
Jatuh ke seluruh sudut kontak
Dan sampai di penjuru
Keluarga besarku
Jadikan satu visi
Bukan hanya gambar hati
Akan kubangun rumah
Bukan hanya di ketikan keyboard
Tetapi lebih dari sepanjang umurku
Purwokerto, 7 April 2020
Biarkan Marahmu Melelah
Aku tahu, terbakarlah ruang hatimu
Sebab kau lihat
Jemariku menggenggam kiasan katanya
Menikmati gerimis yang manis
Lengkap dengan sepasang roti hangat
Menjeritkan kisah di atas putik mawar
Menyuap dunia,
agar hanya milik berdua
Namun kala itu,
rupanya kabut menyelimuti matamu
hanya dengan cermin aku berkata-kata
perihal penantian yang tak kunjung habis
kini kau temuiku dengan puisi
merah ada pada pipimu yang manja
memberiku dekapan terlangka
dan benarlah yang diungkapkan hatiku
dirimu akan lelah dalam amarah
Purwokerto, 23 Oktober 2019
Bolehkan Aku Merindumu?
Selamat malam si kembar,
Aku merindumu
Menanti sepasang atapmu
Yang berkilauan cinta
Aku ingin berdiri di ubinmu
Yang mencipta cemburu dan rindu
Dan jarak pun kalah
Aku berlinang sungai kecil
Lengkap dengan angin
Dan warna-warni daunmu
Pelangi hanyalah pelangi
Bentuknya setengah
Mengundang karat di dadaku
Andai kubersayap
Akan kulampaui tangga usiamu
Purwokerto, 20 November 2019
Dalam Bayangan Mimpi
Sore ini tenggelam di langkahku
Kuderapkan di aspal raya
Menyisir kota gudheg
Sambil mencicipi aroma cakrawalanya
Banyak pasang kaki yang disilakan
Menikmati khas dapur kota
Tertawa mengadu rasa
Bercengkerama pada istri tercinta
Mataku terbinar padang
Oleh bunga di taman
Yang membesarkan orang-orang
Berkacamata tebal
Aku melayang pada kenangan
Parjalanan yang menguras mampuku
Di depan pintu seribu
Mengharap mimpi terbuka untukku
Aku terlarut dalam kenangan
Mesin mobil yang menguras khayalanku
Di puncak Borobudur,
Kakiku bersila
Aku sempat mengira
Bahwa waktu masih di ufuk timur
Tetapi benang takdir
Mengikat betisku yang terajam
Purwokerto, 7 April 2020
![]() |
Mauliya Nandra Arif Fani, berasal dari Banjarnegara, Jawa Tengah. Sekarang menempuh pendidikan S1 di IAIN Purwokerto, Pendidikan Agama Islam. Ia aktivis di Sekolah Kepenulisan Sastra Peradaban (SKSP) IAIN Purwokerto. Karyanya dimuat di simalaba.net, koran Kabar Madura, tembi.net (dibukukan dalam antologi berjudul Mata Air Hujan di Bulan Purnama), dan buku antologi puisi seperti 100 puisi terbaik Lomba Cipta Puisi ASEAN IAIN Purwokerto, Antologi Pilar Puisi 5 IAIN Purwokerto, Lomba Cipta Puisi Rumah Kreatif Wadas Kelir, 100 puisi terbaik Lomba Puisi Nasional Antologi Kata, 250 puisi terbaik Lomba Puisi Sahabat Inspirasi Pena, dan pernah jadi juara 3 Lomba Puisi Nasional Event Hunter Indonesia sehingga berkesempatan melakukan kunjungan sastra ke Singapura. Bisa dihubungi dan ditemui di; mauliya.nandra@gmail.com / Facebook: Mauliya Nandra Ariffani / Instagram: @mauliyanandra |
Posting Komentar