Harapan untuk Negeri dan Puisi Lainnya
Penulis: Maulidan
Rahman Siregar
IBU DI RUMAH SENDIRI
ibu
di rumah sendiri
melempar
doa ke mana-mana
aku
dapat dua
doa
keluar rumah dan doa
lekas
kembali
di
tempat kerja
aku
melukis wajahmu di jendela, ibu
dengan
tangkai sapu.
tangkai
sapu itu pula yang memukulku
untuk
terus di sini, ibu
di
luar hujan, seorang bocah berlari
bukan
anakku, ibu
menantumu
terantuk di depan pintu
lalu
lupa kembali
mungkin
mati
atau
mungkin
main
sinetron lagi
2019
HARAPAN UNTUK NEGERI
tolong
kami pak Wiranto
kami
ditusuk setiap hari
MENULIS BANYAK HAIKU?
/1/
bapak
gabut
ibu
menonton india
aku
bacot
/2/
puisi
paling bagus
di
bumi
dalam
celana
/3/
orang
buta melihat
lampu-lampu
redup
/4/
kayu Jokowi dipinjam
bapak Prabowo
terhormat
/5/
buku-buku
dibajak
tentara
pulang haji
keren
/6/
pegiat
literasi dongeng
ke
anak-anak
ke
ibu tidak
/7/
ibu
masih menonton India
adik
kuliah di Korea
dan
merawat dendam
/8/
youtube,
youtube youtube
lebih
dari
anggota
DPR
/9/
kelas
menulis bagi mahasiswa
di
jalan raya
sambil
lapar
/10/
hai
penyair facebook
hai
juga, katamu
hah?
aku?
/11/
sudahlah
sekarang
tidur
besok
masih puisi
/12/
hah?
besok kau selesai?
tidak
ada tanya
di
haiku, tau
/13/
haiku,
hah?
kau memanggil
dirimu
sendiri?
/14/
tidur
terlalu
banyak yang kau catat
mampus!
2019
TAKUT & MATI
yang
mulia bapak Jokowi
yang
memelihara putihnya gigi
bantuan
yang kau sokong
cuma
buat beli bedak si bencong
RUMAH TANPA KEPALA
tiada
kepala di rumah itu
seluruh
anggota keluarga
sembunyi
di dalam kotak
yang
setiap hari menayangkan
video
orang mati dan orang joget
dalam
waktu hampir bersamaan
anak-anak
mereka otodidak
menyebut
tidak
untuk
setiap upaya
yang
menjangkau kepala
supaya
ada guna
ibu
mereka tiap lebaran
terus
minta maaf dan beli baju baru
dan
memanggang kue nastar keju dengan irisan
air
mata setengah bahagia
sebab
tahun ini ayah mereka
menikahi
pembantu
dan
bersama-sama, sekeluarga
menjalankan
cara serius menjalin rumah tangga
pembantu
kita jangan ditanya
ia
tetap jadi pembantu.
bonusnya,
selagi ia diam
rekening
terus bertambah
begitu
ayah kata pada suatu kamis
yang
membuat sekeluarga menangis
tapi
di bagian ini mungkin tidak lucu
sebab,
tidak ada anggota keluarga
yang
mau menangis
dibikin
biasa saja, begitu
2020
KEPADA LAMPU
kepada
lampu-lampu, aku
meluruskan
tinju
sejurus
demi sejurus peluru
kutikam
kau, waktu-waktu
kubunuh
masa lalu
kepada
lampu
yang
bermain di matamu
aduh,
nantilah kuselesaikan ini
susah
juga cari yang akhiran u
![]() |
Suka bikin arsip. Belum gemar membaca dan menulis. Tidak terlalu suka kucing. |
0 Response to "Harapan untuk Negeri dan Puisi Lainnya"
Post a Comment