Perjuangan Sedulur Kendeng yang Ditempa Pandemi
Tuesday, June 2, 2020
Edit
![]() |
Sumber Foto: yoviarista.wordpress.com |
Sebagaimana kita ketahui bersama, pandemi Corona atau
Covid-19, telah melemahkan banyak sendi kehidupan yang sudah kita bangun selama
ini. Peradaban yang kita agungkan, banggakan dan lebih sering kita sombongkan,
pada akhirnya kocar-kacir jika tidak bisa disebut luluh lantak. Banyak yang
kemudian berspekulasi, dan memunculkan segala macam teori, tanpa ada sebuah
arti yang layak untuk dimengerti dan dipahami. Lebih anehnya lagi, keberagaman
dan persatuan yang kita miliki, seakan tak sanggup dan cukup berani untuk
menghadapi pandemi ini.
Menurut Gus Mus, Corona atau Covid-19, adalah
cara Tuhan menunjukkan kerentanan kita sebagai hamba. Datangnya Corona, adalah
bentuk lain yang mengingatkan dan menyadarkan kita dari kelupaan. Kita yang
dalam beberapa waktu belakangan lebih mengedepankan kepentingan golongan, dan
terbuai oleh pesona dunia dengan segala kemewahannya, menjadi sadar karena
pandemi ini. Tanpa pernah mencari akar masalah yang ditimbulkan dengan hadirnya
Corona, kita malah asik gontok-gontokan antar sesama. Aneh memang, tetapi
begitulah yang terjadi.
Banyak hal menarik yang saya rasa dapat kita petik dalam
beberapa waktu terakhir. Misalnya saja soal parodi yang terjadi di negara kita
di tengah pandemi ini. Mulai dari normalisasi korupsi, abainya pihak yang
bertanggung jawab terhadap pendidikan, sampai dipermudahnya undang-undang
investasi untuk para investor dari luar negeri. Semuanya untuk pembangunan,
katanya. Semuanya untuk kemajuan, katanya. Semuanya ditujukan untuk
kemaslahatan rakyat, dan itu juga katanya. Padahal semuanya tidak lain hanyalah
rekayasa semata.
Tepat pada tanggal 1 Juni 2020 kemarin, Gus
Yaqut Cholil Qoumas sebagai ketua umum GP Ansor, mengutarakan statementnya
terkait pandemi Corona atau Covid-19. Dalam video pendek berdurasi kurang-lebih
5 menit itu, pernyataan Gus Yaqut senada dengan apa yang disampaikan oleh Gus
Mus. Gus Yaqut menyatakan kalau Corona adalah bentuk peringatan Tuhan kepada
umat manusia di muka bumi. Peringatan yang dimaksud bisa kita tafsirkan
beragam. Karena peringatan pun sejatinya juga punya banyak arti.
Pertanyaannya, apakah kebanyakan dari kita juga
mengartikannya demikian? Jika belum, patutkah kita lebih fokus untuk saling
menyalahkan? Kenapa tidak kita akui saja, bahwa kita sebenarnya masih sangat
dangkal menghadapi keadaan yang demikian. Oleh karena itu, alangkah lebih
baiknya kalau kita lebih fokus pada kenyataan yang terjadi sekarang, ketimbang
melakukan hal-hal yang sifatnya berorientasi ke masa depan, sama seperti parodi
yang sudah saya sebutkan di atas.
Gus Yaqut, dalam video tersebut juga menambahkan, kalau
sebenarnya hubungan seorang manusia dengan kehidupan yang ia jalani, selalu
berkaitan dengan tiga hal. Yaitu kepada Allah, Tuhan pencipta manusia, kepada
sesama manusia sendiri, dan terakhir kepada alam.
Uniknya, dalam tiga hubungan tadi, sering kali tidak
berjalan beriringan. Misalnya saja, kita akan bisa menjumpai orang yang rajin
ibadahnya, akan tetapi masih membuang sampah sembarangan. Bukankah ada sebuah
ketidakseimbangan di sana? Dan saya pribadi tidak bermaksud mengatakan kalau
orang yang membuang sampah pada tempatnya, lebih baik daripada orang yang rajin
beribadah. Yang perlu kita tekankan, sebuah keseimbangan itu seharusnya bisa
terwujud tanpa mengorbankan salah satunya sampai hancur.
Video pernyataan Gus Yaqut yang sudah saya singgung dari
tadi, sebenarnya ditujukan kepada Sedulur Kendeng yang sampai hari ini masih
bertahan. Bukan sekadar bertahan, Sedulur Kendeng bagi saya adalah barisan yang
patut menjadi contoh banyak orang. Di tengah pandemi yang memunculkan banyak
barisan terdampak, Sedulur Kendeng adalah barisan yang tidak masuk dalam
hitungan. Pasalnya, Sedulur Kendeng sudah menjadi “barisan terdampak” sejak
lama, bahkan sebelum ada kejadian pandemi ini.
Kekhawatiran Gus Yaqut yang turut disampaikan dalam video
tadi, juga tidak sekadar pertimbangan soal penyakit semata. Baginya—dan saya
pun mengamini hal itu—jika hanya penyakit adalah hal yang sepele. Sebagai
hamba, baik yang taat atau tidak, kita hanya perlu meminta diangkatnya penyakit
ini kepada Sang Pencipta.
Namun, saya pribadi juga tidak terlalu sepakat jika
pertimbangan ketahanan pangan menjadi satu-satunya hal yang dicemaskan. Lebih
dari itu, keselamatan, ketenteraman, dan rasa aman yang seharusnya dapat
dinikmati oleh Sedulur Kendeng, tidak dapat kita gampangkan. Sebab, apa yang
menjadi hak Sedulur Kendeng, sampai hari ini masih terus diancam dan dirampas
sedemikian rupa.
Memang benar, bahwa Sedulur Kendeng adalah patokan
ketahanan pangan kita hari ini. Karena dari para petani yang ada di sana, kita
sampai hari ini masih bisa merasa aman untuk memenuhi kebutuhan perut. Yang
seharusnya kita pikirkan bersama, pernahkah kita dalam selintas waktu mengingat
keadaan yang dialami Sedulur Kendeng sampai hari ini? Tidak perlu sampai intimidasi yang mereka
alami, cukup hanya pada keadaan di mana mereka berusaha mencari makan untuk esok
harinya.
Pada saat berlangsungnya pandemi sekarang ini, tekanan
dan beban yang dialami Sedulur Kendeng nyatanya berlipat-lipat. Tidak hanya
mempertahankan tempat mereka berladang dan mencari nafkah, ancaman virus
mematikan ikut menghantui dan menakut-nakuti. Lucu dan mirisnya, pemerintah dan
para penguasa tidak pernah ambil peduli soal itu. Jangankan untuk tahu duduk
persoalan, bisa jadi mereka sengaja abai dengan kondisi yang demikian.
Dukungan yang diberikan Gus Yaqut dan mewakili barisan GP
Ansor untuk para Sedulur Kendeng, patut saya sebut sebagai angin segar. Angin
segar yang setidaknya dapat menyejukkan kondisi yang sedang tidak karuan ini.
Harapannya, semoga barisan Nahdiyin baik itu struktural dan kurtural, sama-sama
dapat menangkap pesan kemanusiaan ini. Dan bukan tidak mungkin, bahwa momentum
ini adalah bentuk ujian yang menempa jiwa dan hati kita sebagai seorang
manusia, manusia yang semoga saja masih punya kepedulian terhadap sesama.
Hidup Sedulur Kendeng, dan terus nyalakan lilin-lilin
kecil perlawanan. Bahkan bila perlu sampai melampaui batasan yang dibentuk
oleh kekuasaan~
Untuk menonton videonya klik di sini