Ketika Baik Akhlakmu, maka Mulialah Dirimu
Friday, June 5, 2020
Edit
Penulis: Hafis Husnil Hikam
Agama Islam merupakan salah satu agama yang komplit. Segala
kegiatan dari bangun tidur hingga tidur kembali, semuanya diatur sedemikian
rupa agar aktivitas yang umat muslim lakukan tak luput dari yang namanya
ibadah. Karena pada hakikatnya tujuan manusia diciptakan adalah untuk beribadah
kepada Tuhannya. Seperti yang tertera dalam Al-Qur’an surah al-Dzariyat ayat
56:
وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan mereka supaya mereka beribadah kepadaku.”
Segala aspek kehidupan umat muslim sudah diatur dalam agama Islam, guna
menjadikan kehidupannya bermanfaat bagi dirinya dan juga umat muslim yang
lainnya. Agama Islam juga sangat menjunjung tinggi
rasa Ukhuwah Islamiyah. Oleh karena itu, agama Islam sangat menekankan
terhadap akhlakul karimah. Banyak sekali ayat Al-Qur’an yang menjelaskan
tentang akhlak, antara lain surah al-A’raf ayat 199:
خُذِ الْعَفْوَ
وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ
“jadilah
pemaaf dan menyerulah pada hal yang ma’ruf (kebaikan) dan jangan pedulikan
orang-orang yang bodoh”
Surah al-Maidah ayat 8 juga menjelaskan tentang akhlak,
وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ
شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ
وَاتَّقُوا اللَّـهَ ۚ إِنَّ اللَّـهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Dan
janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak
adil. Berlakulah adil, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, karena Allah.....”
Ibnu Taimiyah berkata: ayat ini diturunkan
berkaitan dengan kebencian kaum
muslimin kepada orang-orang kafir. Apabila kebencian terhadap orang kafir itu
dilarang, lantas bagaimana dengan kebencian terhadap sesama muslim yang pada
umumnya timbul dari rasa iri, dengki dan hawa nafsunya? Oleh sebab itu, orang muslim sangat berhak
diperlakukan secara baik,adil dan tidak didzhalimi.
Allah juga berfirman dalam Al-Qur’an
surah al-Isra’ ayat 53;
وَقُلْ لِعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
“dan
katakanlah kepada hamba-hambaKu, hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang
lebih baik (benar)”
Dari ayat-ayat tersebut dapat kita ketahui bahwa betapa
pentingnya akhlak itu. Hal ini senada dengan sabda Rasulullah SAW;
إِنَّمَا بُعِثْتُ ِلأُتَمِّمَ
صَالِحَ اْلأَخْلاَقِ
“Sesungguhnya
saya diutus ke muka bumi ini untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”
Imam Al-Ghazali menjelaskan tentang akhlak di dalam kitabnya “Ihya’ Ulumuddin
Juz 3”, yaitu:
“Akhlak adalah sifat yang tertanam kuat di dalam jiwa
manusia, yang dari sifat tersebut timbullah gerak-gerik lahiriah dengan mudah,
tanpa memerlukan pertimbangan pemikiran terlebih dahulu.”
Dari definisi tersebut, kita dapat
mengambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Akhlak merupakan sifat yang
tertanam kuat, bukan hanya sekedar ada ataupun bersifat sementara.
2. Akhlak bukan hanya sekedar
perilaku atau gerak-gerik lahiriah saja, namun cerminan sifat jiwa yang berada
dalam diri manusia dan merupakan sumber dari gerak-gerik lahiriah tersebut.
3. Akhlak merupakan perbuatan
atau gerak-gerik yang timbul secara spontan tanpa ada banyak pertimbangan.
4. Akhlak tidak cukup hanya
dipelajari saja, namun harus dikaji lebih mendalam dan diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
Dalam kehidupan bermasyarakat, sering kali
kita melihat beberapa orang yang hanya mementingkan hal-hal yang bersifat
rohaniah saja, dan
mengesampingkan hal-hal yang bersifat lahiriah.
Menurut mereka, dalam hal berpakaian tidak perlu rapi
atau dalam berpenampilan tidak perlu memakai tata krama. Yang terpenting bagi
mereka adalah niat dalam hati harus baik dan jujur. Akan tetapi, orang seperti inilah yang justru dijauhi oleh masyarakat, karena dianggap orang yang tidak
berbudi, jorok dan kurang ajar.
Ada juga yang hanya mementingkan hal-hal
yang bersifat lahiriah saja, dan mengesampingkan segala hal yang berhubungan
dengan rohaniah. Biasanya dalam pergaulan sehari-hari, mereka berusaha tampil
sebagus mungkin, melakukan hal-hal baik yang dapat membuat orang berdecak kagum
dan menyanjung dirinya. Padahal apa yang mereka lakukan bertolak belakang
dengan hati nurani mereka sendiri.
Sifat seperti inilah yang sangat berbahaya, karena bisa
menjerumuskan ke dalam sifat kemunafikan. Oleh karena itu, hal-hal lahiriah dan
rohaniah harus beriringan dan selalu berkesinambungan. Sebab keduanya saling
berkaitan.
Nilai-nilai akhlak yang seharusnya
tertanam pada diri umat muslim, terlebih pada generasi penerus Islam, diakui atau tidak sedikit demi sedikit mulai luntur. Banyak sekali
dari kalangan umat muslim awam yang tidak memperhatikan akhlak, atau yang kita
kenal dengan etika dan tata krama. Seperti tata krama berpakaian, berbicara
dengan orang lebih tua, cara bergurau dengan teman sebaya atau yang lebih tua,
atau tata krama ketika menghadiri suatu pertemuan dan pergi bertamu.
Jika seseorang tumbuh dengan akhlak yang
tidak baik, maka krisis moral
akan terjadi di kehidupan mendatang. Dan ini jelas sangat mempengaruhi perkembangan
agama Islam, dan bisa mengakibatkan kehancuran umat
muslim.
Namun, jika seseorang tersebut tumbuh
dengan akhlak yang baik, memungkinkan mereka dapat mengendalikan empat hal yang cukup sulit dikendalikan di
berbagai aspek kehidupan. Antara lain yaitu, nafsu, amarah, kejujuran dan keadilan. Dengan demikian, akhlak bukan hanya tentang perilaku yang
keluar dari dalam diri kita. akan
tetapi akhlak juga bisa menjadi pembatas kita dengan suatu hal yang
tidak berguna.
Dari sini kita bisa mengetahui betapa
pentingnya akhlak dalam kehidupan bermasyarkat. Akhlak merupakan fondasi
penting yang harus dimiliki oleh umat muslim, dan akhlak secara tidak
langsung juga mencerminkan kualitas keimanan dan ketaqwaan seorang
muslim.
الشرف بالادب لا بالنسب
“kemuliaan itu didapat dari budi pekerti (akhlak) bukan dari
keturunan (nasab)”
Dari kalimat tersebut, dapat kita ambil
kesimpulan bahwasanya dari mana pun asal-usulmu, jika kamu
memiliki akhlak yang baik,
maka orang akan menghormatimu dan memuliakanmu. Sekalipun kamu berasal dari
golongan yang tidak mampu. Akan tetapi, jika kamu tidak memiliki akhlakul karimah, maka jangan harap orang
akan menghormatimu sekalipun kamu berasal dari keturunan para bangsawan.
(Wallahu a’lam bis showab)
![]() |
Mahasiswa Ekonomi Syariah FEBI UIN Sunan Ampel Surabaya. Bisa dihubungi dan di temui di: email; hafis030900@gmail.com, IG; @hafis_0309 |