Masjid Lawang Kidul; Bukti Sejarah Perjuangan
Sunday, May 10, 2020
Edit
![]() |
Sumber Foto: kontraktorkubahmasjid.com |
Masjid ini
terletak di Kecamatan Ilir Timur II, Palembang, Sumatera Selatan. Masjid Lawang
Kidul adalah salah satu bukti perjuangan Kiai Marogan dalam berdakwah. Setelah sebelumnya
beliau mendirikan masjid Merogan, Kiai Marogan pun akhirnya mendirikan masjid Lawang
Kidul. Masjid Lawang Kidul didirikan sepuluh tahun setelah masjid Merogan. Yaitu
tepatnya pada tahun 1881.
Masjid Lawang
Kidul di masa awal dibangun, memegang peran yang lumayan penting bagi
masyarakat di sekitar. Selain menjadi pusat aktivitas, seperti perdagangan dan
pertukaran informasi, masjid ini menjadi tempat terbaik untuk bermusyawarah dan
berkonsultasi pada waktu itu. Alasan didirikannya masjid ini masih belum jelas,
dan belum ada catatan pakem yang bisa menjelaskan hal tersebut. Namun sederhananya,
masjid ini adalah upaya Kiai Merogan dalam melawan bentuk hegemoni peribadatan yang
dilakukan oleh pemerintah kolonial pada waktu itu.
Melihat perkembangan
umat Islam yang sangat pesat di Palembang waktu itu, tidak diimbangi dengan
pesatnya pembangunan masjid. Hal ini memang tentunya beralasan. Mengingat, ada
semacam ketakutan di pihak pemerintah kolonial, yang mengkhawatirkan apabila
masjid dibangun terlalu banyak. Terlebih, karena masjid, selalu menjadi pusat
aktivitas orang-orang dulu. Maka dari itu, diberlakukanlah pembatasan
pembangunan masjid. Agar, upaya untuk mengkritisi pemerintah kolonial, bisa
diminimalisir.
Bisa dibilang,
masjid ini masih terjaga keasliannya. Material masjid ini terbuat dari campuran
batu kapur, lalu dicampur dengan putih telur. Hal tersebut yang menjadikan
masjid ini kokoh, dan 99 persen masih bangunan asli, dan belum ada yang
diganti. Dari kokohnya pula, membuat masjid ini dijadikan markas para pejuang, untuk
mengusir penjajah kolonial pada waktu itu. Keunikan masjid ini juga karena
menggunakan kayu Unglen sebagai bahan untuk pintu, jendela dan tiangnya. Kayu Unglen
terkenal karena strukturnya yang kuat dan tahan air.
Berbeda dengan
masjid Ki Merogan, yang kental dengan perpaduan tiga budaya di dalam dan dari
bentuk bangunannya, masjid Lawang Kidul adalah masjid yang hanya dipengaruhi kebudayaan
Tiongkok dan Melayu. Tiang masjid ini berbentuk segi delapan, dengan empat
penyangga atapnya yang berukuran kurang lebih 20 meter. Pilar utama masjid ini
setinggi 8 meter, dan dikelilingi oleh tiang-tiang pendamping sebanyak12 buah,
yang berukuran 6 meter.
Nama masjid ini
berasal dari posisi masjid ini sendiri. “Lawang Kidul” bisa diartikan sebagai
pintu selatan. Selaras karena daerah ini menjadi salah satu pintu masuk
berkembangnya Islam di Palembang, Sumatera Selatan pada waktu itu. Bentuk masjid
ini pun memang dibuat lebih kecil daripada masjid Agung Palembang. Hal ini
berangkat dari polemik dengan pihak yang berada di masjid Agung, yang dibelakangnya
didalangi oleh pemerintah kolonial.
Masjid ini
sempat menjadi perbincangan serius kala itu. Sebab, dianggap sebagai masjid
ilegal. Sebenarnya ini hanyalah akal-akalan dari pemerintah kolonial semata. Mengingat
masjid ini dibangun atas wakfanya Kiai Marogan. Warisan wakaf semacam ini,
dikhawatirkan akan memupuk bibit-bibit perlawanan. Dan selanjutnya, selama
puluhan tahun, terjadi pelarangan sholat Jum’at di masjid ini. Namun akhirnya
bisa terselesaikan dengan kegigihan masyarakat yang ada di sekitar. Dengan meraih
dukungan dari para ulama, baik yang ada di Indonesia dan yang berada di Mekkah
pada waktu itu.
Mengunjungi masjid
Lawang Kidul, memberikan sebuah pengalaman berbeda dengan mendatangi masjid
lain yang ada di Palembang. Pasalnya, dari bentuk bangunan dan gaya
arsitekturnya, akan membuat para pengunjung merasakan sensasi nostalgia yang
belum pernah dirasakan sebelumnya. Masjid ini banyak dikunjungi oleh para
wisatawan setiap tahunnya. Biasanya, wisatawan yang banyak berkunjung ke daerah
ini berasal dari negara Malaysia, Arab Saudi, dan Brunei Darussalam.