Ziarah ke Makam Ario Damar atau Arya Abdillah Palembang
![]() |
Sumber Foto:flickr.com/ |
Ario Damar atau Arya Abdillah, merupakan sosok yang
masih penuh misteri sampai sekarang. Mulai dari silsilah, tindak-tanduk, sampai
status selama hidupnya. Ada pendapat yang mengatakan, bahwa beliau selama
hidupnya hanya sebatas panglima perang dan penakluk daerah Palembang. Sedangkan
pendapat lain—menurut Agus Sunyoto—mengatakan bahwa beliau tidak sekedar
panglima perang, tetapi juga termasuk wali Allah dan murid langsung dari Sunan Ampel.
Secara pribadi, saya lebih percaya dan meyakini pendapat dari Agus
Sunyoto tersebut. Terlepas
dari perbedaan pendapat itu, saya kira masih menjadi tugas kita bersama untuk mencari potongan puzzle tentang
kebenaran soal kisah hidup Ario Damar atau Arya Abdillah ini. Selanjutnya,
saya tidak akan bercerita soal Ario Damar atau Arya Abdillah lebih jauh, tetapi
sedikit berbagi soal pengalaman ziarah ke makam Ario Damar atau Arya Abdillah 2018
silam.
Berawal dari ngobrol dengan salah satu senior saya di PMII, tahun
lalu sebelum mudik ke Palembang, saya dipesankan untuk menyempatkan ziarah ke
makam beliau. Saya yang baru mendengar nama tersebut, langsung bertanya siapa
sebenarnya beliau? Karena, sebagai orang yang punya darah dan lama tinggal
Palembang, baru pertama kali mendengar nama tersebut.
Menurut data yang dibaca senior saya di buku Atlas Walisongo
karya Agus Sunyoto, Ario Damar atau Arya Abdillah merupakan salah satu wali besar yang
mengislamkan dan menyebarkan paham Islam di Palembang.
Singkat cerita setelah saya di rumah dan hendak kembali ke Jogja, saya
menggunakan mobil travel untuk sampai ke kota Palembang. Dalam perjalanan ke
kota Palembang, di dalam mobil travel saya bertemu orang yang rumahnya tidak
jauh dari makam Ario Damar. Dari obrolan yang berlangsung, orang tersebut sebenarnya
juga tidak tahu siapa Ario Damar atau Arya Abdillah ini. Tetapi menurut beliau, memang makam
tersebut dianggap makam keramat.
Berbicara soal makam dan ziarah, ada hal yang berbeda di Palembang
dan sebagaimana biasanya di luar Jawa. Makam dan ziarah tidak menjadi hal yang
biasa bagi kebanyakan orang di Palembang. Makam dan ziarah lebih banyak
dikaitkan dengan hal keramat atau mistis. Jika ada yang ziarah ke sebuah makam—dengan
kultur biasanya di Palembang ziarah dilakukan pada hari lebaran—akan dianggap
aneh jika ziarah dilakukan di luar hari besar Islam terkhusus hari raya Idul
Fitri dan Idul Adha.
Setelah sampai di kota Palembang, saya terlebih dahulu mampir ke
kos teman yang jaraknya lumayan jauh dari lokasi makam yang ada di Kebun Sahang
KM 4 depan Makam Pahlawan Palembang. Dengan rentan waktu yang lumayan mepet,
suasana was-was bakal ketinggalan pesawat turut hadir di benak saya. Karena
seperti kebiasaan orang Palembang sewaktu mudik, akan terasa kurang ketika akan
kembali ke tanah rantau tidak membawa oleh-oleh pempek.
Sempat awalnya ingin membatalkan rencana ziarah, tapi kembali teringat
bahwa ziarah ke makam Ario Damar ini sudah menjadi amanah, maka dengan mengucap
Bismillah tetap saya lanjutkan untuk ziarah. Karena teman saya sudah tahu
lokasi makam, kita pun langsung meluncur ke tempat tujuan. Walau masih bertanya
posisi tepatnya makam, tidak butuh waktu
lama akhirnya tibalah kita berdua di lokasi tujuan.
Ketika sampai di makam, betapa terkejutnya saya melihat kondisi
makam yang tidak seperti makam wali atau ulama seperti yang biasa saya temui di
Jawa. Makam Ario Damar ternyata berada di tengah-tengah perumahan, dan kondisi
makam terakhir dipugar 11 tahun silam. Yang membuat saya aneh selanjutnya, bagaimana bisa
makam wali besar seperti beliau berakhir dengan kondisi tidak terawat seperti makam-makam
biasa lainnya, bahkan terkesan seperti ditinggalkan atau dilupakan.
Selanjutnya tidak perlu waktu lama, saya langsung mengajak teman
saya untuk membaca yasin dan tahlil di makam beliau. Tetapi teman saya memilih
untuk menunggu di motor. Sebelum membaca yasin dan tahlil saya juga sempat
bingung mencari tempat wudhu, karena di sekitar makam tidak disediakan tempat
berwudhu. Setelah bertanya kepada orang yang lewat, ternyata ada sebuah masjid
di sekitar makam.
Selesai wudhu, saya pun langsung membaca yasin dan tahlil disaksikan
oleh warga yang tinggal di sekitar makam. Warga yang melihat saya terkesan agak
aneh ketika melihat aktivitas membaca yasin dan tahlil yang saya lakukan.
Setelah selesai membaca yasin dan tahlil, saya sempat mengamati aktivitas warga
yang ada di sekitar makam Ario Damar. Kembali saya dibuat miris
oleh realita yang terjadi di lapangan, setelah saya melihat bahwa sedang
berlangsung sabung ayam dan taruhan menggunakan uang sekaligus.
Sebagai orang yang sudah mulai terbiasa melakukan kegiatan ziarah,
saya pribadi ingin mengajak kepada orang-orang yang peduli terhadap situs
budaya dan sejarah seperti makam wali lebih perduli lagi kepada makam wali Ario
Damar ini.
Lebih lanjut, saya pribadi sebagai keturunan Palembang sangat
mengharapkan agar pemkot atau pemda Palembang lebih peduli kepada situs
bersejarah semacam makam wali Allah khususnya makam Ario Damar atau Arya
Abdillah ini. Hal tersebut mungkin akan sulit dilakukan, mengingat kultur
ziarah kurang banyak dilakukan oleh masyarakat asli Palembang, tapi hal
tersebut bukan hal yang mustahil bukan?
*Kader PMII Daerah Istimewa Yogyakarta