Suara Rumput dan Sehimpun Puisi Lainnya
Sunday, April 12, 2020
Edit
Penulis: Galih Ahmad Dinata
Menjelang
Senja
Menjelang
senja penulis itu tak sadarkan diri
Sementara
rokok yang belum dihisapnya,
masih
di atas asbak. Kepalanya penuh darah,
dan
luka-luka. Penulis itu habis duel dengan
gerombolan
kata : kata sifat, kata ganti, kata
keterangan,
kata sambung, dan kata kerja.
Setelah
senja tenggelam berganti malam
Ia
datang lagi ke layar komputernya
Tapi
kali ini ia berhadapan dengan
gerombolan
kalimat : kalimat berita,
kalimat
suruh, dan kalimat Tanya.
Kalimat-kalimat
itu ditantang duel satu-persatu
Baru
saja hendak mengeluarkan kuda-kuda
Kalimat
itu sudah tersusun menjadi satu paragraf
di
layar komputernya.
2020
Sepanjang
Malam
Sepanjang
malam aku menulis puisi
Jam
dinding memberitahu hari sudah pagi
Aku
duduk di depan layar komputer
Ibu
tidur di atas ranjang
Di
bola matanya ada kerlap-kerlip
bintang
Di
kepalanya ada catatan hutang
Bapak
baru saja pulang dari Jakarta
Sampai
di rumah pukul enam lebih lima
Kami
bertiga duduk di meja makan
Bapak
mengeluarkan penghasilan
Aku
sibuk menyantap makanan
Ibu
sibuk menangis,
Air
matanya berjatuhan ke lantai
2020
Suara
Rumput
Jalan
raya diperluas
Kami
ditindas
Sawah
kami rawat
dengan
cinta dan kasih sayang
Digusur
Kami
cuma sekadar rumput
Tak
mengenal apa itu filsafat,
Ilmu
hukum dan kedokteran.
Apalagi
ketatanegaraan
Karena
setiap hari
Kami
hanya bercocok tanam
Dari
pagi sampai menjelang malam.
2020
Burung
Gereja
Memasuki
halaman rumahnya
Aku
melihat burung gereja beterbangan
Ketika
mentari pagi turun
Halamannya
penuh bunga dan jendela kaca
Ia
duduk di beranda sambil minum
secangkir
kopi, meredakan nyeri dan
dosa-dosanya.
Burung
gereja terus beterbangan
Sambil
mengepakkan
sayap keindahan
Dan
peradaban : kursi panjang, bunga
mawar
dan pohon-pohon yang tinggi menjulang.
Akhirnya
kudekati ia dari belakang
Dan
kujamah sambil memeluknya
2020