Sekelumit tentang Lembaga dan Langkah Strategisnya
Thursday, April 16, 2020
Edit
Penulis: Siti Nur Samsiyah
Identitas organisasi yang
melekat pada lembaga bimbel konvensional seperti Ganesha
Operation (GO), adalah salah satu ciri khusus sebuah lembaga. Menjadi representasi organisasi atau lembaga
kursus terkait, sehingga akhirnya bisa menjadi
pembeda dari yang lain. Perlu diingat, identitas organisasi pada sebuah lembaga, biasanya akan terinternalisasi pada anggota organisasi dalam kurun waktu yang
cukup lama. Hal ini mengakibatkan identitas organisasi menjadi tak kasat mata,
atau tidak kentara dalam diri anggota organisasi.
Maka, menjadi penting
bagi seorang pimpinan organisasi merumuskan identitas organisasi dengan matang
serta holistik. Sementara itu, di ranah publik, identitas organisasi juga menjadi
sebuah penanda khusus. Publik akan mudah menentukan pilihan lembaga kursus mana
yang sesuai kebutuhan. Penentuan pilihan bagi pengguna jasa atau konsumen,
sangat mungkin disandarkan pada identitas organisasi yang diserap konsumen. Baik
dari publikasi brand lembaga tersebut, hingga kepada promosi-promosi di
berbagai tempat.
Selain itu, identitas
organisasi pada lembaga kursus, turut menyumbang tawaran ide dalam sebuah pengambilan
keputusan. Pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh identitas organisasi ini,
sangat berkaitan dengan beberapa persoalan yang belakangan menjadi momok
tersendiri bagi kursus konvensional, yaitu digitalisasi. Digitalisasi era 4.0
masuk dalam segala lini kehidupan, tidak terkecuali dalam dunia pendidikan non
formal seperti GO.
Apakah maraknya fenomena
kursus virtual menjadi penghalang bagi eksistensi lembaga kursus konvensional? Atau
malah turut mendorong sehingga menjadi langkah strategis bagi sebuah lembaga
kursus konvensional?
Setidaknya, ada tiga
faktor yang menjadi pengaruh dari identitas organisasi, dalam hal membuat keputusan
untuk mengurangi ruang kelas bimbingan belajar (bimbel). Yaitu membatasi tutor
yang dikirim ke rumah-rumah, mencipatakan aplikasi seperti Ruang Guru, hingga
melakukan pengurangan cabang kursus di beberapa tempat.
Pengaruh Logo dan Warna Organisasi
Logo dan warna sebuah
brand, selanjutnya mampu menjadi sebuah identitas yang melambangkan ciri khas dari
sebuah lembaga atau organisasi. Misalnya saja, saat seseorang melihat patung
Ganesha yang dikelilingi warna merah dan jingga, rujukan berfikirnya adalah GO.
Identitas organisasi yang dibangun GO lewat logo dan warna bagunan lembaga
kursus GO, secara tidak langsung ikut menyumbang pengambilan sebuah keputusan.
Identitas organisasi,
secara fundamental turut serta memengaruhi keputusan GO untuk terlibat
menciptakaan aplikasi khusus, yang akhirnya bisa digunakan secara virtual bagi
anggota yang sudah berlanggangan. Layanan online yang ditawarkan GO pada
konsumennya, adalah bentuk garansi kemudahan bagi pengguna jasa GO, yang tidak
berkesempatan hadir secara offline. Sebuah modifikasi semacam ini, dibuat oleh
layanan lembaga kursus GO berdasarkan analisis kebermanfaatan di era serba
online.
Di sisi lain, hadirnya GO
cabang online, juga menjadi langkah strategis yang diambil manajemen GO sebagai
alternatif peningkatkan mutu layanan GO. Sehingga, diharapakan mampu untuk
meningkatkan kepercayaan publik. Bahwa, GO adalah sebuah lembaga bimbel yang kekinian.
Langkah preventif seperti ini, bisa berdampak baik dengan meningkatnya pengguna
jasa layanan bimbingan belajar di GO secara online. Dan juga mampu
mempertahankan pengguna jasa secara offline.
Brand GO, memang sudah menasional dan diterima
dengan baik oleh publik. Berdiri sejak 1 Mei 1984, artinya Logo GO sudah 36
tahun beredar di tengah masyarakat. Tingkat kepercayaan publik pun tinggi pada
GO. Keputusan yang diambil oleh pihak manajemen GO, untuk tetap membuka ruang
bimbingan belajar secara offline dan online, kami pandang sebagai langkah
strategis dalam pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh logo dan warna GO.
Dengan meminjam istilah
dalam kaidah usul fiqih, keputusan yang diambil oleh manajemen GO adalah, ‘al-muhafadzah alal-qadim al-shalih wal-akhdzu bil-jadid
al-ashlah’. Dengan kata lain,
manajemen GO tetap melestarikan nilai-nilai lama yang baik, yaitu kursus
offline. Namun juga tidak lupa masih menerapkan nilai-nilai baru yang lebih
baik, yaitu kursus online atau virtual lewat aplikasi.
![]() |
Mahasiswa Pascasarjana UNJ dan Kader PMII Yogyakarta |