Reinkarnasi dan Cita-cita Perdamaian
Sunday, April 5, 2020
Edit
![]() |
Sumber Foto: goodfon.com |
Kamu tahu apa
itu reinkarnasi? Kamu percaya kalo reinkarnasi itu ada? Sampai sejauh mana kamu
tahu soal reinkarnasi? Kenapa reinkarnasi bisa ada? Sejak kapan konsep
reinkarnasi diamini dan disepakati? Di mana konsep reinkarnasi pertama kali
dicetuskan? Siapa yang menciptakan pemahaman soal reinkarnasi? Dan bagaimana nasib
konsep reinkarnasi hari ini?
Beberapa pertanyaan
di atas, saya dapatkan setelah berhasil mengkhatamkan satu season anime.
Mungkin terdengar konyol, atau seperti gurauan dan khayalan dari seorang bocah.
Tapi tak mengapa. Lagi pula, saya sudah tidak mempan dengan berbagai macam
nyinyiran hari ini. Toh juga buat apa dipedulikan? Hidup yang sebentar, tidak
akan cukup untuk melayani nyinyiran dari orang lain. Bener, tidak?
Selain menghabiskan
waktu, tenaga serta pikiran, melayani sebuah nyinyiran adalah bentuk
kesia-siaan menurut saya. Dalam rentang waktu hidup yang amat sebentar ini, perlu
kiranya kita melakukan sesuatu yang membahagiakan bukan? Jadi initnya, melalui
tulisan ini, saya juga akan mengajak untuk menghancurkan kekuatan dari
nyinyiran-nyinyiran yang ada. Karena kalau bukan diri sendiri, siapa lagi yang
bisa menciptakan kebahagiaan? Tuhan? Oh ya kalau itu sudah jelas saudara
sekalian.
Yak, mari kita
masuk ke lorong waktu yang panjang. Yang di dalamnya menuntut kesiapan, dan
kesiagaan. Tidak hanya itu, saya sarankan menahan perasaan apapun yang akan
muncul. Sampai ketika, sudah menemukan yang namanya sebuah kesimpulan. Oke? Bisa
kan?
Begini selengkapnya
yang akan saya utarakan.....
***
Konsep reinkarnasi,
sebagaimana yang kita pahami secara umumnya, adalah kelahiran kembali orang
yang telah meninggal di waktu sebelumnya. Kelahiran kembali ini,biasanya
ditandai dengan suatu kemiripan. Bisa mirip karena wajahnya, penampilannya,
perilakunya, sampai yang paling ekstrimnya adalah ingatan masa lalunya.
Namun,
biasanya, reinkarnasi lebih banyak dipahami sebagai kelahiran kembali manusia
ke bentuk manusia. Walaupun tentu saja, reinkarnasi juga bisa berakhir dengan
ketidaksamaan wujud dengan kehidupan yang ada sebelumnya. Itu semua, tergantung
dari pemahaman yang beragam dari reinkarnasi itu sendiri. Karena, bisa jadi,
reinkarnasi tidak melulu berbicara soal lahir kembali ke dalam bentuk semula. Tetapi
juga, sebuah kelahiran kembali, yang akhirnya menciptakan sebuah perubahan.
Agar tidak
terkesan saya sedang berkhotbah, saya akan memberitahu anime yang saya tonton
tersebut. Anime ini, berjudul Tensei Shitara Slime Datta Ken. Anime ini tayang
pada 2018, dan diperkirakan akan berlanjut pada tahun 2020 ini. Secara garis
besarnya, anime ini bercerita soal manusia yang berjenis kelamin laki-laki,
mati ditusuk oleh penjahat. Tambahan informasi, laki-laki ini jomblo—mirip teman saya—dan hidupnya terkesan
membosankan (garing). Setidaknya begitulah garis besarnya. Pengen tahu lebih
lengkapnya? Silahkan langsung tonton animenya.
Biar nyambung
dengan judul tulisan saya, sebenarnya anime ini menceritakan sebuah kehidupan
mahluk yang berwujud “Slime”. Ya, Slime yang kalau diartikan secara literlek,
berarti lumpur, kotoran, atau lanyau itu. Saya pribadi lebih suka mengartikan
Slime lebih mirip dengan jeli. Ketimbang kotoran atau lumpur dan hal lainnya. Hal
ini juga tidak terlepas setelah nonton anime tersebut.
Karena pada dasarnya,
dan anggapan saya pribadi, seburuk-buruknya dan sehina-hinanya kotoran, selagi
ia bermanfaat, bukankah lebih baik ketimbang manusia yang kerjaannya hanya
meremehkan dan menghina orang lain? Setidaknya begitu pikiran normatif saya. Jika
ingin membantah, saya persilahakan.
Oke kita
kembali pada animenya~
Siapa sangka, harapan
untuk merasakan nikmatnya hidup, harus melalui mati terlebih dahulu. Konyol dan
uniknya, saya langsung kepikiran sesuatu. Mungkinkah begitu rasanya yang
dirasakan orang-orang yang lebih memilih bunuh diri? Apakah dengan begitu, bisa
menemukan sebuah kedamaian dan kenikmatan? Entahlah. Saya terlalu pengecut
untuk mencoba. Dan saya terlalu sungkan untuk mengakui kalau saya takut akan
hal itu.
Slime yang
terlahir kembali ini bernama Rimuru. Bentuknya imut. Suaranya cempreng. Dan tingkahnya
kocak. Cocok seandainya ia benar-benar ada di dunia ini. Setidaknya begitulah
yang saya bayangkan. Karena kalau memang benar-benar ada, kehidupan yang
monoton dan garing, saya rasa tidak akan terjadi jika mampu berteman dengan Rimuru.
Pertanyaan yang
bisa kita utarakan untuk anime ini, “Apa yang mampu dilakukan sebuah Slime? Sehingga
ia menjadi tokoh utama dalam anime ini”. Ya, ya, ya, ini adalah bentuk
kebiasaan buruk yang dihasilkan karena sering meremehkan. Meremehkan apapun
itu. Jujur, saya akan berhenti melakukan kebiasaan semacam itu. Di samping
tidak ada gunanya, toh juga apa yang patut kita sombongkan dari hidup yang
sementara ini?
Rimuru, yang
bertubuh kecil dan dianggap renta, tidak terlepas mendapat perlakuan yang
menganggap ia secara remeh. Lebih kasarnya, Rimuru dianggap hanya sebagai
sebuah sampah. Sebuah sampah dalam dunia sihir dan dunia monster. Termasuk di
kehidupan dunia manusia yang ada dalam anime ini. Walapun dalam kehidupan
sebelumnya, ia seringkali diremehkan, toh saya juga kagum akhirnya dengan
Rimuru. Sikap dinginnya ketika dianggap remeh dan dianggap sampah, pada
akhirnya mammpu menghangatkan orang-orang yang ada di sekelilingnya.
Tidak hanya
itu, saya pun jadi berpikir, apakah layak kita meniru sesuatu dari anime? Misalnya
soal ketenangan Rimuru tadi? Apakah pada akhirnya tidak menjadi ambigu? Jika seorang
manusia belajar dari sosok kartun yang jelas-jelas tidak nyata. Kalau ada yang
bisa diambil, dan masuk dalam ukuran baik secara pribadi, serta tidak merugikan
orang lain, kenapa juga harus dipertanyakan yak? Rururu~
Apa yang
dialami oleh Rimuru, adalah sebuah ketimpangan yang nyata, dan sudah menubuh
dalam jalan cerita anime ini. Kelahiran Rimuru, bisa dibilang sebagai sebuah
cahaya harapan. Cahaya yang mampu menerangi kegelapan, yang sekian lama sudah lama
berada di sana. Apakah akhirnya Rimuru berhasil? Sampai season pertama
selesai, saya belum menemukan jawabanya. Tapi yang jelas, berakhirnya season
pertama, turut memberikan harapan bagi para penonton. Harapan apa? Ya bisa jadi
harapan apa saja. Hihi~
Nah, Rimuru
ini, sebenarnya hampir mirip dengan Big Mom di One Piece. Bukan bentuk dan
besar badannya ya. Tapi cita-citanya. Big Mom, punya cita-cita menciptakan
dunia yang damai di pulaunya bukan? Yang secara tidak langsung, Big Mom ingin
menciptakan surga di World Cake Island. Akan tetapi, keinginannya Big
Mom, ditempuh dengan cara penaklukan dan penguasaan terhadap makhluk lain. Yang
kalau dibandingkan dengan Rimuru, berbanding 360°.
Pasalnya,
Rimuru tidak punya hasrat untuk menguasai makhluk lain. Malahan, kalau bisa, ia
sama sekali tidak ingin menjadi apa-apa. Namun, karena keadaan memaksanya, pada
akhirnya ia menjadi tokoh yang dikenal secara luas. Kebijaksanaan Rimuru, yang
sebelumnya adalah jomblo akut ini, terlihat dari caranya mengakomodir dan
melindungi makhluk lain. Sebagai makhluk yang kuta, ia hanya memberi satu
syarat. Yaitu persahabatan.
Andai saja,
jika sifat, sikap, dan watak Rimuru ada di dunia nyata, makhluk yang menjalani
laku semacam tersebut, pasti akan tersingkir. Dengan kata lain, tidak akan
sanggup bertahan lama. Oleh karena itu, anime ini secara tidak langsung
mengajarkan dan sekaligus menyindir kita, bahwa cita-cita perdamaian itu masih
jauh di ujung mata. Yang kalau mau hal itu terwujud, maka manusia yang hidup
sekarang, setidaknya harus mengalami reinkaranasi terlebih dahulu.
Mungkinkah hal
itu terjadi? Kalau misalkan bisa, setelah nanti ditemukannya alat yang canggih
atau teknologi yang entah apa namanya itu, setidaknya kita perlu bersiap-siap
bukan? Karena perdamaian, tidak cukup hanya dengan ditunggu. Akan tetapi,
kedamaian juga perlu dipersiapkan. Agar tidak sama dengan yang ada di anime
Boruto. Setidaknya kita juga bisa belajar dari anime Boruto, yang menceritakan
pergolakan di dalam kondisi yang—katanya sedang—damai.
Terakhir, untuk
menutup tulisan ini, saya sebenarnya masih ingin bertanya satu-dua hal. Yaitu, “Apakah
kita bisa belajar sesuatu dari Anime? Dan apakah menjadi sebuah kesalahan fatal,
jika mampu mengambil kebijaksanaan dari sana? Pertanyaan yang tidak perlu
dijawab segera. Harapan saya, kita yang membaca tulisan ini, syukur-syukur
masih bisa menjawabnya. Kalau memang tidak sempat, mari berharap dilahirkan
kembali untuk menciptakan sebuah perdamaian. Perdamaian yang tidak hanya di tampilan,
tetapi juga perdamian yang murni lahir dari keihlkasan.
Ikhlas atas
apa? Ya ikhlas karena keadaan yang sudah damai itu lur~