Menghadang Radikalisme di Perguruan Tinggi
Thursday, April 2, 2020
Edit
![]() |
Sumber Foto: portalsatu.com |
Penulis: Fajar Setya
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), menyatakan
penyusupan paham radikalisme sudah masuk ke kampus-kampus, dan melibatkan
mahasiswa. Terlepas
benar tidaknya, radikalisme memang membutuhkan basis massa yang jelas. Realita
di lapangan, yang mengatakan paham radikalisme sangat mudah menyebar di lembaga
pendidikan, tampaknya berkaitan erat dengan semakin mudahnya akses teknologi
komunikasi digital.
Perkembangan
teknologi yang sudah
sangat maju seperti sekarang, menyebabkan penyebaran informasi berkembang dengan sangat cepat, dan sulit
memonitornya. Oleh karena
itu pula, menjadi hal yang memungkinkan bahwa penyebaran radikalisme di kampus,
sulit untuk dilacak hari ini.
Selain perihal tekonologi, mudahnya paham
radikalisme masuk ke kalangan mahasiswa dan generasi muda, dikarenakan saat ini
kolektivitas (interaksi) sosial mereka
mulai berkurang. Dan parahnya lagi, lebih banyak menghabiskan waktu dengan
gagdet. Hal itu juga yang membuat hubungan antar-mahasiswa dan generasi muda,
menjadi renggang. Sehingga, mereka tidak mempunyai filter untuk menghadapi
propaganda radikalisme.
Faktor lainnya, dan yang akrab di kalangan mahasiswa, adalah frustasi. Frustasi dari hal yang terkecil, sampai kepada frustasi yang paling
parah. Mulai dari frustasi karena keluarga atau masalah studi, sampai frustasi
dikarenakan oleh keadaan. Baik karena kondisi sosial politik di Indonesia masih
tidak menentu, dan kondisi lainnya.
Melihat hal yang demikian, menjadi momen yang
tepat bagi para agen penyebar paham radikalisme. "Saat
semua jadi susah dan tidak pasti, mereka menawarkan angan-angan yaitu kalau
ikut khilafah, maka selesailah persoalan". Selain itu, tawaran jika ikut khilafah masalah lapangan pekerjaan yang minim, dan penghasilan yang tak menentu akan terselesaikan. Ditambah
lagi dan tidak akan lupa, kalau ikut khilafah,
matinya pasti masuk surga.
Harapan yang semacam itu, akan mudah sekali ditangkap. Saat situasi orang yang sedang frustasi. Padahal, semua itu
omong kosong saja. Tidak lebih
ibarat ingin pergi ke bulan, tanpa menggunakan roket. Atau semacam promosi
iklan sahaja.
Akibat yang Dimunculkan
Banyak hal negatif yang bermunculan ketika
semakin tumbuh suburnya paham radikalisme. Salah satuya ialah, menghancurkan nasionalisme bangsa. Hal
ini ditandai dengan mulai dilupakannya sejarah pengorbanan pahlawan dahulu. Tidak bisa
dipungkiri, generasi selanjutnya akan buta sejarah. Jika paham radikalisme ini semakin
meluas. Sejarah panjang perjuangan para pahlawan, dalam menyatukan bangsa dan
negara ini, lambat laun juga akan dilupakan.
Salah duanya, mencoreng nama baik agama.
Radikalisme sering kali mengatasnamakan agama untuk melegitimasi tindakannya, dan tidak
jarang memakai kekerasan. Padahal, agama selalu menganjurkan
kasih sayang, tidak kaku serta peduli terhadap sesame. Bukan malah tidak mau
menerima yang namanya perbedaan.
Lebih lanjut, radikalisme meracuni pikiran anak bangsa. Adanya gerakan
radikalisme tentu akan menjadi racun untuk pikiran anak
bangsa. Generasi penerus, seharusnya diberikan contoh yang baik. Yaitu saling rukun dan gotong-royong. Bukan malah menolak keberagaman yang ada. Radikalisme,
secara tidak langsung menyebabkan anak bangsa berpikir keras, kaku, dan sempit.
Radikalisme, seharusnya juga dibedakan menjadi
dua hal. Yaitu radikal dalam berpikir, dan radikal dalam bertindak. Radikal
dalam berpikir, adalah kebutuhan dan keharusan bagi mahasiswa. Sedangkan radikal
dalam bertindak, adalah hal yang perlu ditolak. Karena tidak sesuai dengan
konteks kehidupan berbangsa dan bernegara. Mengingat mahasiswa adalah tonggak
estafet penerus harapan bangsa, kiranya perlu menempa mahasiswa untuk selalu
mengahargai dan memperjuangkan keutuhan NKRI.
Upaya Pencegahan
Dari hal-hal negatif yang disebabkan
radikalisme, ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah radikalisme
di kampus. Di antaranya, pertama, menanamkan rasa nasionalisme yang tinggi. Upaya
ini bisa dilakukan dengan menggelar seminar anti radikalisme dan toleransi,
serta pemahaman beragama yang utuh secara masif. Selain itu, bisa pula
mengadakan kajian rutinan. Agar terus dapat mengawal pemahaman yang berkembang
di kalangan mahasiswa.
Kedua, melakukan rekrutmen secara ketat
terhadap pengajar maupun dosen, sebagai upaya antisipasi penyusupan paham-paham
radikalisme di dunia pendidikan. Untuk mendeteksi radikalisme, kiranya
diperlukan kerja sama dari berbagai pihak. Baik di kalangan birokrasi kampus,
maupun mahasiswa. Hal ini bisa diawali dengan menginformasikan aktivitas yang
dianggap mencurigakan.
Ketiga, membatasi organisasi mahasiswa yang
berafiliasi dengan ormas radikal, dan mempunyai kecenderungan radikalisme.
Seringkali, radikalisme tumbuh subur di kampus karena ada yang mewadahi. Ketika
paham radikalisme meluas, eksistensi dan propagandanya akan semakin masif, dan daya
tariknya akan semakin kuat. Oleh karena itu, perlunya ketegasan dari pihak kampus
dalam mengatasi radikalisme tersebut.
Upaya mencegah radikalisme di kampus bukan
semata-mata usaha politis. akan tetapi, juga bentuk dari bela negara yang
seharusnya diterapkan di wilayah pendidikan. Selain itu, mencegah radikalisme
adalah upaya penerapan dan pengamalan nilai-nilai Pancasila dan ikut
mempertahankan demokrasi dalam kehidupan bernegara. Terakhir, pertanyaanya,
kapan kita akan memulai hal tersebut?