Lelaki Panggilan dan Perlawanan Simbolik
Data Film
Judul :
Call Boy
Sutradara : Daisuke
Miura
Produser : Mai
Ishida
Aktor/Aktris : Tori
Matsuzaka, Ami Tomite, Yuki Sakurai, Sei Matobu, Kenta Izuka, Mai Ohtani
Durasi :
119 menit
Produksi : Phantom
Film
Tahu istilah lelaki panggilan? Atau yang bahasa kerennya
disebut dengan gigolo. Kalau belum tahu dengan istilah tersebut, ada salah satu
film lawas, yang sayang sekali untuk dilewatkan jika ingin tahu tentang lelaki
panggilan atau gigolo tadi. Judul film itu adalah Jan Dara the Beginning.
Film ini adalah film Thailand yang diproduksi pada tahun 2012, dan bergenre
drama erotik. Menonton film ini, bagi kaum laki-laki yang orientasi seksnya
kepada lawan jenis, tentu sangat mengundang keingitahuan yang lebih, dan juga
membangkitkan hasrat.
Kalau bagi kaum perempuan bagaimana? Entahlah, saya tidak
pernah bertanya tentang itu kepada teman perempuan saya yang sudah menonton
film tersebut. Saya tebak, pengalaman yang didapat tidak akan jauh beda. Karena
pada dasarnya, persoalan seks kita semua sama. Yang membedakan hanyalah bentuk
pengekspresian dan cara menyalurkannya. Selebihnya, tidak ada beda antara laki-laki
dan perempuan saya kira.
Akhir-akhir ini, karena kondisi yang mengharuskan lebih
banyak diam di rumah, saya pribadi lebih memilih menghabiskan waktu dengan banyak
menonton film. Tentu saja dengan stok film saya yang terbatas, dan mungkin
tidak terlalu menarik bagi kebanyakan orang. Tulisan ini akan mengulas salah
satu film yang belakangan saya tonton. Filmnya berjudul Call Boy dan
tayang di Indonesia pada 2018 lalu. Film ini mengisahkan tentang seorang lelaki
panggilan atau gigolo.
Namun, film ini berbeda dengan film Jan Dara yang
sudah saya sebutkan di atas. Jika film Jan Dara memiliki keterlibatan
dengan kondisi perang di dalamnya, Call Boy murni mengisahkan soal keseharian
dan konflik batin pada diri seorang lelaki panggilan. Menariknya, film ini
patut saya sebut sebagai film yang mengedukasi soal seks, dan tentu berbeda dengan
film blue yang selama ini kita kenal. Walaupun di awal film langsung dibuka
dengan adegan persetubuhan, justru di sanalah letak keunikannya.
Film ini dibintangi oleh Ryo (Tori Matsuzaka) sebagai
pemeran utama. Dikisahkan, kalau Ryo adalah salah seorang mahasiswa di salah
satu kampus swasta. Untuk membiayai kuliahnya, ia bekerja di sebuah kafe kecil
yang terletak di semacam basement. Tidak ada yang menarik dari kafe
tempat Ryo bekerja, dan digambarkan kalau pengunjungnya juga bisa dibilang
orang-orang yang itu saja, atau teman-teman dekatnya. Akan tetapi, dari kafe
ini pulalah yang membawa ia akhirnya menjadi seorang lelaki panggilan dan
mendapat kehidupan yang baru.
Profesi itu ia dapat setelah salah seorang temannya,
membawa seorang wanita yang sudah cukup umur untuk minum di kafenya. Dari gelagat
perempuan tersebut, sudah kelihatan kalau memiliki ketertarikan kepada Ryo. Tokoh
perempuan ini dibintangi oleh Nido Shizuka (Sei Matobu). Siapa sangka, kalau
hubungan teman Ryo tadi dengan Shizuka harus segera berakhir. Tidak diceritakan
sebab berakhirnya hubungan tersebut. Tapi yang jelas, Shizuka lebih menaruh
perhatian kepada Ryo, dan langsung membuat janji dengannya sebelum ia meninggalkan
kafe.
Ryo yang awalnya tidak antusias, pada akhirnya tidak bisa
menolak ajakan Shizuka untuk mampir ke rumahnya. Setelah ia sengaja menjemput
dan menunggu Ryo usai menjalani pekerjaannya. Awalnya Ryo mengira bahwa Shizuka
memiliki hasrat kepadanya. Namun Ryo ternyata salah besar. Shizuka lebih
tertarik kepada Ryo ketimbang temannya, karena Ryo akan dijadikan sebagai
seorang lelaki panggilan dan bekerja untuk klub yang dikelolanya.
Lantas saja, pada malam kedatangan Ryo ke rumahnya, Ryo
terkejut bukan kepalang karena disuruh menyetubuhi perempuan lain. Dengan kata
lain, malam itu menjadi malam tes kelayakan bagi Ryo. Ryo yang awalnya sempat
diragukan oleh Shizuka ketika tes telah berakhir, akhirnya terselematkan oleh
perempuan yang barusan disetubuhinya. Sedikit informasi, perempuan yang
ditugasi untuk mengetes Ryo tadi, adalah perempuan yang tuna rungu. Dan sangat
jelas ia menaruh ketertarikan lebih kepada Ryo. Tokoh perempuan tuna rungu ini
diperankan oleh Sakura (Ami Tomite).
Setelah tes tersebut selesai, Ryo tidak serta merta
langsung menjadi lelaki panggilan. Ia masih diberikan waktu untuk
mempertimbangkan tawaran tersebut, dan sebelumya sudah dijelaskan terlebih
dahulu tugas dan konsekuensi apa saja yang akan ia temui ketika menjadi seorang
lelaki panggilan. Singkat cerita, keesokan harinya Ryo menerima tawaran
tersebut, dan Shizuka, yang sekarang menjadi nyonyanya, langsung menyiapkan perlengkapan agar ideal menjadi
seorang lelaki panggilan.
Tidak hanya itu, nyonya Shizuka pun mengarahkan dan banyak
memberi pengetahuan baru kepada Ryo. Selain memang sebagai sebuah kewajiban
atasan, hal tersebutlah yang akhirnya membuat Ryo kagum pada Shizuka. Sebelum melakukan
tugas pertamanya, Ryo sempat bertemu dengan Azama (Kenta Izuka) di rumah
Shizuka. Azama adalah orang paling penting dalam klub yang dikelola oleh
Shizuka. Diceritakan, banyak perempuan yang akan rela membayar mahal untuk
menyewa Azama.
Dalam pertemuan perdana dan singkat itu, dengan waktu
singkat, Azama langsung menebak dan memprediksi bahwa Ryo akan sukses dalam
karir seorang lelaki panggilan. Ryo yang orangnya rendah hati, seakan tidak
memercayai ucapan Azama tersebut. Tapi Azama justru mengejutkan Ryo dengan
jawaban atas respon yang diberika Ryo barusan. Menurut Azama, Ryo akan sukses
justru karena sifat rendah hatinya tersebut. Yang sebenarnya, hal tersebut
jarang sekali dimiliki oleh kebanyakan lelaki panggilan.
Setelah pertemuan tersebut, Ryo mendapat tugas
pertamanya. Ia diminta menemui seorang peremuan karir bernama Hiromi (Mai
Ohtani). Dalam menjalakan tugas pertamanya tersebut, tentu saja Ryo masih memiliki
sebuah kekurangan. Layaknya pemula, ia masih menjadi orang yang canngung. Sampai
akhirnya tugas itu selesai dan berakhir hanya dengan makan di sebuah restoran. Sontak
saja, Ryo menilai bahwa ia telah gagal dalam tugas pertamanya, karena tidak
terjadi hubungan badan.
Namun, apa yang telah diramalkan Azama tadi, tampaknya
menjadi sebuah kenyataan. Keesokannya, nona Hiromi kembali memesan Ryo pada
nyonya Shizuka. Ryo yang masih tidak percaya, lantas menanyakan hal tersebut
kepada Hiromi di pertemuan kedua. Jawaban Hiromi sederhana, karena ia sudah
memberi kode kepada Ryo di akhir pertemuan pertama, dengan kata “sampai jumpa
lagi”. Setelah basa-basi singkat itu, Ryo langsung menjalankan tugas pertamanya
sebagai lelaki panggilan di hotel terdekat.
Menakjubkan, ya itulah penilain Shizuka setelah Ryo
selesai menjalankan tugas pertamanya. Karena, Ryo adalah satu-satunya orang di
klub Shizuka yang menerima fellatio (bonus bayaran) pada kencan pertama. Setelah
dari situ, karir Ryo sebagai seorang lelaki panggilan kian hari makin menanjak.
Reputasinya langsung tersebar di pelanggan klub Shizuka, dan harga sewanya juga
langsung beranjak mahal. Tapi seperti apa yang disampaikan Azama, Ryo tetap
saja konsisten dengan sifat rendah hatinya.
Konflik film ini dimulai dari sini. Ryo, adalah seorang
lelaki yang sudah lama ditinggalkan oleh ibunya. Ibunya meninngal pada suatu
kecelakaan di siang hari. Hal ini disampaikan Ryo kepada Shizuka dan Sakura
pada saat mereka makan malam di tempat biasa Ryo makan. Pada malam itu, Ryo
meminta izin untuk menangis di pelukan Shizuka, dan disaksikan oleh Sakura. Yang
Ryo tahu, ibunya meninggal karena serangan jantung.
Rahasia film ini, baru akan terbuka di akhir film. Bahwa sebenarnya,
ibu Ryo tidak pernah mengidap sakit jantung. Ada salah satu pesan dari ibunya, yang
sampai Ryo menjadi seorang panggilan, masih terus Ryo pegang dan jalankan. Yaitu
soal menjadi anak baik dan tetap di tempat tidur. Hal ini juga yang menurut pengakuan
Ryo pada Shizuka, menghantarkan ia menjadi seorang lelaki panggilan.
Singkat cerita lagi, setelah menjalankan tugas
keempatnya, Ryo langsung dipromosikan naik kelas dan sudah setara dengan Azama.
Sungguh pencapaian yang luar biasa bagi seorang lelaki pannggilan tentu saja. Dan
Ryo tampaknya juga menikmati hal tersebut. Sampai, ketika teman-teman
kuliahnya, termasuk lelaki yang membawa Shizuka pertama kali bertemu Ryo,
mempermasalahkan profesi Ryo tersebut. Meskipun Ryo sempat kepikiran, nyatanya
ia bisa tetap profesional ketika menjalankan tugas.
Setelah tugas kelimanya selesai, ia dipersilahkan Shizuka
meminta apa saja. Film ini semakin menarik setelah ini. Karena Ryo, pada
akhirnya memilih untuk diberi kesempatan bisa menyetubuhi Shizuka si nyonyanya.
Permintaan tersebut menjadi satu-satu
hal yang tidak bisa dikabulkan oleh Shizuka. Dengan alasan, bahwa Shizuka
adalah seorang yang mengidap penyakit HIV. Mulai dari sana, Ryo akhirnya baru
menyadari, bahwa Sakura adalah anak Shizuka, dan ia selalu bertugas membantu
untuk mengetes lelaki yang direkrut oleh Shizuka.
Sampai di akhir film, kita masih akan terus menemui
konflik-konflik serupa. Saya menyebut film ini adalah represetasi perlawanan
simbolik karena, sebenarnya sosok Ryo bukanlah penentu jalan film ini. Melainkan,
Shizuka lah yang menjadi titik tumpu di film ini. Selain diceritakan sebagai
mantan pekerja seksual, Shizuka harus menerima kenyataa bahwa orang yang
menghamilinya, meninggalkan ia dengan Sakura. Hal ini tidak lantas menyurutkan
semangatnya untuk melanjutkan hidup. Bahkan, dengan adanya Sakura, ia merasa
menjadi semangat kembali.
Awalnya, Shizuka memang menemui kesulitan untuk
menyambung hidup dengan cara mengelola klub panggilan. Akan tetapi, setelah
tawaran bantuan yang ditawarkan Sakura, untuk menjadi pengetes lelaki yang
direkrutnya, Shizuka banyak terbantu oleh hal itu. Karena tidak mungkin Shizuka
sendiri yang menguji setiap lelaki yang direkrutnya, berhubung ia juga sudah
terkena HIV.
Bentuk perlawannya ialah, Shizuka yang tidak memilih
tunduk dengan stigma negatif di sekelilingnya. Selain karena stigma negatif
selalu selaras dengan kondisi perekonomian kelas bawah, bagi Shizuka bukan
menjadi hal penting untuk menanggapi semua omongan orang lain. Oleh karena itu,
walaupun ia memilik anak tuna rungu, ia selalu berasumsi kalau pintu keluar
kesulitannya pasti ada. Di akhir film, kita akan menyaksian ikatan hubungan
keluarga yang terjalin antara Ryo, Shizuka, dan Sakura,. Yang bagi saya
pribadi, ikatan kekeluargaan itu melampui ikatan keluarga yang berasal dari
kalangan baik-baik.