Flash Back Memang Hal Menyakitkan yang Paling Menyenangkan buat Dilakuin*
Penulis: Gerbera**
Berbicara tentang masa lalu,
berarti berbicara tentang kenangan dan segala hal yang terkait dengannya. Peristiwa
masa lampau apapun yang pernah terjadi dalam hidup, entah itu baik atau buruk. Tidak
jauh berbeda, seperti yang dijelaskan dalam buku-buku sejarah di sekolah dulu.
Nah, peristiwa-peristiwa yang
pernah terjadi di masa lalu itu, sering kali terbawa atau teringat hingga masa
kini. Bahasa lainnya mah flashback gitu. Hehe
Kita (hah kita?), sering kali
mengenang apa-apa yang pernah terjadi dalam hidup kita. Jika sedang sendiri
misalnya, tiba-tiba kenangan-kenangan itu berputar di kepala. Lihat siswa
sekolah, teringat masa sekolah. Lihat anak-anak bermain layang-layang, teringat
masa kecil. Lihat mbak-mbak yang dielus dengkulnya di lampu merah, langsung
teringat masa-masa bahagia dengannya yang saat ini sudah bahagia dengan orang
lain. Wqwq
Wes pokok e kilingan sing biyen-biyenlah (udah pokoknya teringat yang dulu-dulu).
Apakah kemudian hal itu membuat
kita baik-baik saja? Tentu tidak! Apakah berarti kita tidak boleh mengenang?
Hmmm tidak juga.
Banyak pepatah mengatakan,
jadikanlah masa lalu sebagai pelajaran dan tidak untuk disesalkan. Mengenang
tidak selamanya buruk, pun tidak selamanya baik.
Walaupun pada akhirnya, kita sering
kali tidak bisa mengontrol diri saat kenangan-kenangan itu masuk ke dalam
pikiran. Senyum-senyum sendiri saat mengingat hal-hal yang indah. Sejurus
kemudian, remuk-redam saat teringat hal-hal yang menyedihkan. Hasilnya, kita
terjebak oleh pikiran kita sendiri. Dan itu menyakitkan. Hiks...
Hal seperti itu sering kali terjadi
jika realita yang kita hadapi di masa kini, tidak lebih baik dari masa lalu. Bukannya
berusaha beranjak memperbaiki, kita justru bermain dengan kenangan-kenangan
indah itu. Sekalipun kita tahu bahwa itu menyakitkan, tapi tetap saja
dilakukan.
Yah mau bagaimana, flash back tuh
memang hal menyakitkan yang paling menyenangkan buat dilakuin.
Hal-hal di masa lalu memang paling
asik dijadikan bahan buat ngelamun, bahkan merenung. Pasalnya banyak orang yang
“terjebak nostalgia” itu nggak mau beranjak dari sana. Yaiyaa, namanya juga
terjebak. Terkadang pun saya jadi korbannya. Dih curhat~
Walaupun pada akhirnya akan terasa
menyakitkan saat kita kemudian sadar, bahwa semua kenangan itu tidak bisa
diulang.
Contohnya saja, kita yang sudah
dewasa begitu mendambakan menjadi anak-anak. Rindu masa kecil dengan segala
canda-tawanya. Teringat sepulang sekolah biasanya pergi ke sungai, bermain
layang-layang atau mencari kerang di pantai saat sore hari. Kebahagiaan sederhana
yang terkadang sukar untuk dirasakan pada masa kini. Dan yang bisa kita lakukan
hanyalah mengenang.
Dari
segi romantisme misalkan, hal-hal yang pernah kita lakukan dengan mantan (cie
mantan) seringkali masih terngiang-ngiang. Sekedar menikmati waktu berdua
dengan keliling kota tanpa tujuan, malam mingguan di Bukit Bintang, nongkrong
di Angkringan Kali Code, atau sekedar jalan-jalan di sekitar Alun-alun. Dan
kenangan di banyak tempat lainnya.
Menyenangkan
memang mengenang itu semua, tapi sekaligus rasa sakit itu bersamaan datangnya. Yah,
kita memang paling senang bermain-main dengan luka. Terus menerus mengulangi perbuatan
yang sama.
Hebat sekali memang mengusik masa
lalu, apalagi ada hati yang belum sepenuhnya menerima permainan waktu dan
merelakan kepergiannya.
Namun
jika terus menerus seperti itu, kita tidak akan bisa beranjak dari masa lalu,
bukan? Kita akan terus stagnan pada satu posisi dan tidak kemana-mana. Dianya
sudah punya yang baru, sedangkan kamu masih berkutat dengan masa lalu. Janganlah
seperti itu sobat misquinqu!
Kalau boleh
ngutip kata Mas Adji Santosoputro, “perkuat kesadaranmu, sehingga kamu bisa
sadar benar bahwa yang lalu sudah berlalu.”
Sing wis
yo wis (yang
sudah ya sudah). Kita memang tidak akan bisa melupakan masa lalu. Upaya dengan
sengaja melupakan, bagaimanapun akan sia-sia. Karena semua itu bagian dari diri
kita. Serangkaian proses untuk menjadikan kita sebagaimana saat ini.
Iya,
kita dihantui masa lalu. Namun jika kita sepenuhnya sadar akan kehadiran kita
di masa ini, saat ini, semua hal di masa lalu itu tidak akan terasa
menyakitkan. Jadi, kita pun tidak perlu takut lagi untuk mengenang.
“Menyadari
yang lalu memang sudah berlalu adalah cara agar kita tidak terjerat sesal” kata Mas Adji.
*judul
terinspirasi dari tweet @ntsana
**"Mau hidup dengan seribu pohon"