Bersatu Membangun Kepedulian terhadap Bumi
![]() |
Sumber Foto: gcbiounnes.org |
Penulis: Amir Salim
Bumi semakin panas. Tahun 2016, tercatat adalah tahun terpanas sepanjang data
137 tahun, menggantikan posisi tahun 2015, walaupun tanpa efek El Nino. Suhu
rata-rata permukaan bumi, adalah sekitar 0,45 hingga 0,56 derajat Celsius, di atas suhu
rata-rata bumi pada periode 1981-2010. Ini adalah penemuan dari
National Oceanic and Atmospheric Agency (NOAA).
Keadaan ini, tampaknya akan semakin buruk. Menurut laporan tahunan World
Meteorological Organization (WMO), the Greenhouse Gas Bulletin,
konsentrasi CO2 pada 2016, telah mencapai 403,3 parts per million (ppm), naik dari 400 ppm
pada 2015. Penduduk Indonesia, pasti merasakan dan masih ingat betapa panasnya hari-hari di tahun
itu.
Dampak perubahan iklim di Indonesia, karena kerentanannya, bisa
sangat besar. Indonesia, adalah negara tropis sekaligus negara kepulauan. Dengan banyak pulau-pulau kecil, yang sangat
rentan terhadap perubahan tinggi permukaan laut. Kenaikan permukaan laut
satu meter saja, diperkirakan akan menenggelamkan wilayah seluas lebih dari 400.000 hektar
(ha).
Semua dampak ini, pada akhirnya menunut biaya yang
tidak kecil. United States Agency for International Development
(USAID), memperkirakan bahwa pada 2050, Indonesia
harus menanggung kerugian paling tidak sebesar Rp 132 triliun. Itu baru dari sebagian
dampak perubahan iklim yang dapat dikuantifikasi. Dari jumlah tersebut, 53 persen
disebabkan oleh penurunan produksi pertanian, 34 persen dampak kesehatan, dan
13 persen dari kenaikan muka air laut.
Ini adalah dampak yang gradual. Sekaligus dampak yang berkesinambungan dengan kebiasaan kita
sehari-hari. Pasalnya, kesadaran atas dampak kondisi yang terjadi di atas, tampaknya
belum banyak diketahui kebanyakan orang. Tidak hanya itu saja, hal ini
menunjukkan kalau kita secara mayoritas, masih belum peduli terhadap bumi yang
kita tinggali ini.
Bila dampak lain—terutama yang tidak gradual, seperti makin
banyaknya badai, atau kebakaran hutan akibat kekeringan luar biasa—ikut
diperhitungkan, jumlahnya akan jauh lebih besar lagi. Kebakaran hutan pada
Juni-Oktober 2015 saja, telah menyebabkan kerugian sebesar Rp 221 triliun, atau sekitar 2
persen dari pendapatan nasional, atau 10 persen dari anggaran pemerintah tahun
itu. Ditambah pemanasan global yang terjadi, akan memperbesar resiko kebakaran
ini, bahkan pada kondisi tanpa El Nino.
Dari beberapa dampak atas meningkatnya suhu
bumi tersebut, ada beberapa upaya yang bisa kita lakukan, sebagai langkah
antisipasi terhadap ancaman-ancaman yang akan ditimbulkan. Diantaranya,
pertama, menanamkan rasa kepedulian terhadap
bumi. Kepedulian adalah hal yang penting dan perlu diperhatikan. Karena mau bagaimanapun, semua hal
berawal dari tekad dan keinginan pribadi individu. Yang pada akhirnya bisa ditarik lebih jauh,
sebagai upaya kolektif kita, yang sekiranya masih peduli pada bumi.
Kepedulian ini bisa banyak bentuknya. Mulai dari
hal yang paling kecil, sampai hal yang sifatny nasional sekalipun. Maksud saya,
tidak perlu ada pengkotak-kotakan langah taktis dan strategis yang akan
diambil. Semuanya, bisa memberikan sumbangsih dalam bentuk apapun. Yang menjadi
masalah adalah, kalau klaim berlebihan dari pihak yang ingin mengambil
keuntungan. Bukan saja akan membuat blunder, tapi juga akan memecah kepedulian
yang baru seumur jagung tersebut.
Kedua, kurangi pembakaran sampah. Tindakan membakar sampah ini, kurang tepat karena pembakaran
sampah akan menghasilkan gas karbon dioksida. Sampah, sebaiknya
dipilah terlebih dahulu. Agar mampu menentukan cara
pengolahan yang tepat. Sampah organik, sebaiknya dibiarkan terurai, dan sampah anorganik bisa didaur
ulang.
Bukankah hari ini sudah tumbuh menjamur, yang
namanya bank sampah? Akan tetapi, tampaknya hal tersebut jika dihitung secara
kuantitias, belum sampai kepada 40% populasi yang ada di Indonesia. Lebih jauhnya
lagi, bank sampah masih jadi tren yang hanya berlaku di Jawa. Terlepas benar tidaknya, silahkan dicek
daerah di luar Jawa yang sudah memulai gerakan bank sampah.
Ketiga, maksimalisasi
lahan untuk menanam pohon. Upaya ini bisa dilakukan jika ada lahan yang
menganggur di sekitar rumah. Menanam pohon, tidak harus dengan biaya yang
mahal. Bisa dengan menanam buah-buahan di sekitar rumah atau pekarangan. Selain
menguntungkan, tidak memerlukan biaya dan tenaga yang besar, bukan?
Jika keberlangsungan bumi
tempat kita tinggal adalah hal yang harus dijaga, sudah selayaknya kita
bersama-sama merawatnya. Supaya, generasi selanjutnya tetap bisa menikmati apa
yang kita nikmati sekarang. Pemerintah serta masyarakat yang ada, sudah seharusnya
mengkampanyekan dan membentuk program, yang itu punya dampak positif terhadap
keberlangsungan bumi tempat kita tinggal ini. Langkah taktis, strategis maupun
politis, sudah harus digerakkan mulai dari sekarang. Agar, tidak kelabakan
nantinya dalam mengahadapi efek bumi yang semakin panas ini.
Karena pada nyatanya,
semakin ke sini, kondisi bumi kita tidak baik-baik saja. Jika masih bersantai
dan menunggu bumi memperbaiki diri sendiri (beregenerasi), maka itu hanya akan
menjadi sebuah utopia. Tidak akan lebih baik dibanding mimpi di siang bolong. Terakhir,
pertanyaannya, langkah apa yang sudah kamu ambil, dan yang akan kamu lakukan,
dalam rangka peduli terhadap bumi?