Sisa Hujan Semalam dan Sehimpun Puisi Lainnya [Puisi]
Saturday, March 28, 2020
Edit
![]() |
Sumber Foto: flickr.com |
Penulis: Zeri
Yuan*
Sisa Hujan Semalam
Semalam aku
kedinginan
Dan aku
membayangkanmu ada
Sungguh aku
menyesal, kalau kau tahu
Malah membuatku
semakin kedinginan
Aku kedinginan
karena kipas angin yang sengaja tidak kumatikan
Bukan karena
hujan
Lalu aku tidak
bisa tidur
Aku bermain
dengan khayalku
Tentu saja
berkhayal tentang kamu
Apalagi yang
bisa direnggut dariku?
Selain khayal
ketika kamu di luar sana?
Aku menunggu
kantuk yang tidak kunjung datang
Dan hujan belum
bosan merintik
Kumatikan kipas
angina, aku benar-benar kedinginan
Tidak ada
selimut untuk bergulung
Tidak ada kamu
untuk kusanjung
Aku memeluk
rindu dan membuangnya di sela-sela dahaga
Hujan begitu
berisik
Tidak mau
berbagi basah denganku yang diliputi dingin ini
Sombong sekali.
Ibu Pertiwiku (Jangan) Menangis!
Ibu, bolehkah aku merindu?
Pada tawamu yang mengundang pelangi
Dan pelukanmu bagaikan hangat
mentari
Sekian lama kutapaki diammu
Adakah engkau menangis menyaksikan
kami,
Yang selalu menggores-gores tubuhmu?
Lalu membuat luka-luka baru
Adakah engkau mendekam lara di hatimu?
Sebab kami tak lebih dari
sampah-sampah kotor tanpa belas kasihan
Maafkan kami ibu, yang telah
menyakitimu
Ibu, bolehkah aku mengadu?
Padamu tentang kami, sang pemuja
kekayaan
Kami ini ibu, merobek-robek pulaumu
dan menghitami lautanmu
Tidakkah kau marah?
Dengan sedikit tsunami dan banjir
bentuk air mata dari kesedihanmu
Terkadang kami sadar telah melukaimu
begitu dalam
Tidak jarang engkau terlalu murka
sampai beberapa rumah kau ratakan dengan tanah
Maafkan kami ibu, yang dengan
semena-mena menyayat hatimu
Ibu, bolehkah kupanggil terus
namamu?
Agar aku bisa selalu melangkah dalam
kasih sayangmu?
Dan menikmati keindahan ragamu di sela-sela
perjuanganku memperbaikimu
Sedikit teriakan dan kobaran api di
antara semua ketidakadilan mungkin saja perlu, ibu
Namun, tak apa
Aku berjanji akan terus menjagamu
mulai saat ini, dan menggenggam tanganmu
Jangan menangis ibu pertiwiku
Jangan menangis
Aku di sini bersamamu, dengan
memanggil terus namamu
Ibuku
Indonesia
Jogja, 17 Agustus 2017
Mimpiku
Ketika sebuah
mimpi tak pernah kau jaga,
Akankah ia
hilang arahnya?
Ketika mimpi
tak pernah kau dasari dengan cinta,
Akankah ia
berakhir duka?
Ketika mimpi
berakhir tawa,
Apakah lantas
kau berbahagia?
Ketika mimpi di
ujung mata,
Akankah ia
menjadi pengibur lara?
Ketika mimpi
tak lagi berkata suka,
Hilangkah ia
ditelan tembok kaca?
Ketika mimpi
cuma jadi parodi,
Pantaskah aku
untuk berlari?
Ketika mimpi
selalu aku tangisi,
Apakah ia
menjadi sesuatu yang kubenci?
Ketika mimpi
berkata hati-hati,
Apakah lantas
aku tak sadar diri?
Ketika mimpi
berjalan sendiri,
Apakah lantas
harapanku sudah mati?
Yogyakarta, 21 Maret 2020
*Bercita-cita
punya anak kembar cowok. Kalau anaknya udah SMA, mau disekolahin di SMA De
Brito Yogyakarta.