Restorasi Karakter dan Mental Pendidikan
Penulis: Vander
S.N.*
Tepat pada 2018 yang lalu, dunia
pendidikan di Indonesia kembali menjadi sorotan media massa. Kasus kematian
yang menimpa salah satu murid kelas X SMA Taruna Nusantara Yogyakarta, adalah
bukti bahwa masih banyak problem yang terjadi di dunia pendidikan kita saat
ini. Kasus kematian tersebut, merupakan dampak buruk yang terjadi karena tidak ada kesinambungan
dari pihak pemerintah terhadap tenaga pendidik, serta ke orang tua para
siswa.
Dalam membentuk karakter siswa yang
menempuh pendidikan di sekolah-sekolah, perlu kiranya membentuk mental terlebih dahulu. Baik
mental dari tenaga pendidik yang ada, serta mental dari para peserta didik itu
sendiri. Jika hal tersebut diabaikan, bukan hal yang mustahil kalau kasus
kematian ini terulang kembali. Tidak hanya itu saja, lebih parahnya, kondisi
yang semacam ini yang selanjutnya menjadi bukti buruknya pendidikan kita.
Pola pendidikan
yang diterapkan di sekolah, kebanyakan hanya memakai metode sekedar mengajar, tanpa
pernah meninjau lebih jauh kondisi para peserta didik di luar lingkungan
sekolah. Hal tersebut merupakan kelemahan di bidang pendidikan
kita. Tapi sayangnya, hal
tersebut belum mendapat sorotan yang lebih untuk saat ini. Pemerintah
harusnya lebih sadar dan paham apa yang dibutuhkan oleh para peserta didik
sekarang. Karena, tanpa bisa dipungkiri para siswa inilah yang kelak akan menjadi
penerus tonggak estafet perjuangan bangsa.
Sebenarnya tujuan pendidikan juga
bukan hanya mencerdaskan, tetapi membentuk karakter dan mental, agar tidak hanya
rasa persaingan yang diprioritaskan. Akan tetapi, justru harusnya bisa menciptakan semangat gotong
royong pula. Ketegasan dan tindakan dari pemerintah untuk membenahi segala
celah yang menganga di wilayah pendidikan kita saat ini, sudah seharusnya
dilakukan secara massif. Agar celah-celah tadi tidak bertambah besar dan banyak.
Berbicara pendidikan, tentu tidak akan
terlepas dari kualitas tenaga pendidik. Banyak tenaga pendidik sekarang yang bisa disebut kurang
memperhatikan para peserta didiknya. Baik itu karena faktor ekonomi, dan kondisi lingkungan yang ada. Di sinilah peran
pemerintah seharusnya turun tangan, agar kendala yang dihadapi tenaga pendidik tidak menjadi
penghambat di kemudian
hari.
Saya rasa, dengan besarnya
anggaran bagi pendidikan, pemerintah perlu meratakan dana tunjangan serta
mengadakan pelatihan kepada semua tenaga pendidik yang ada sampai ke pelosok
negeri. Setelah adanya pelatihan tersebut, juga perlu
adanya pantauan dari pihak pemerintah, serta pendataan di tiap sekolah perihal
kebutuhan yang signifikan, dari sekolah-sekolah yang telah
didata.
Kondisi
demikian semakin bertambah parah, kala peran para orang
tua yang belum maksimal terhadap kondisi pendidikan yang ditempuh anak.
Kebanyakan para orang tua, akan memasukkan anaknya ke sekolah yang akreditasinya sudah A. Tanpa pernah pikir panjang
apa konsekuensi yang akan dihadapi oleh sang anak, jika masuk
sekolah yang dianggap bagus karena akreditasinya.
Para orang tua, seharusnya juga
memberikan pemahaman yang lebih terhadap anak. Agar segala tindakan yang dirasa merugikan, bisa
diminimalisir. Setelah adanya kesinambungan antara tiga elemen tadi, yang
berupa pemerintah, tenaga pendidk dan para orang tua, semoga wajah
dunia pendidikan kita ke depannya akan semakin membaik. Dengan terbangunnya karakter dan
mental dari para siswa, harapan besarnya, kasus kematian yang
menimpa siswa sekolah tidak terulang kembali.
Harapan saya pribadi, perlu adanya
kampanye besar-besaran dari pemerintah perihal pendidikan ini. Agar menopang dan membuka kesadaran dari masyarakat luas. Bahwasannya, pendidikan adalah hal yang
patut dijunjung tinggi. Oleh karena itu, menurut hemat saya pribadi, perlu
adanya sebuah restorasi di wilayah pendidikan. Agar gejala penyimpangan di
wilayah pendidikan, tidak menghambar kemajuan bangsa kita ini.
Terakhir, upaya
perbaikan pendidikan ini bisa kita mulai dari lingkup terkecil yaitu keluarga.
Setiap keluarga, hendaknya memperhatikan semua kebutuhan sang anak. Supaya,
hal-hal yang tidak kita inginkan bisa diantisipasi sedari awal dan sedini
mungkin.
Semoga, ke depannya
restorasi di bidang pendidikan akan segera terwujud demi mengemban amanah
cita-cita kemerdekaan, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan dibarengi oleh
semangat bersaing menuju kemajuan bersama. Tambahannya, semoga kita semua tak
lupa akan kebiasaan gotong royong yang sudah menjadi sifat dari bangsa kita
sejak dulu.
*Penyair
Facebook yang bercita-cita menjadi penyair betulan. Tidak hanya itu, penulis
merupakan anak baik yang ingin membahagiakan orang tuanya. Uwuwuw~