Mungkin Aku tidak akan Pulang
![]() |
Sumber Foto: ngertiaja.com |
Penulis: Ameera Matahari*
Namanya indah, Ameera Matahari. Namun, jarang
ada orang memanggilnya dengan panggilan yang ia inginkan—atau setidaknya memanggil
dengan nama panggilan yang pantas. Di lingkungan rumahnya, para tetangga
memanggilnya dengan sebutan Cepot. Bukan tanpa alasan ia mendapat julukan itu.
Hal itu berawal karena sering kali ia diolok-olok
untuk mencopot wajahnya, dan menggantinya dengan yang baru. Di lingkungan
sekolah lamanya, julukan yang ia dapat adalah Seeker. Julukan itu didapatnya
karena kebiasaan menundukkan wajah seperti orang sedang mencari sesuatu di
tanah, dan cocokologi dari kata seek yang artinya mencari, Seeker
berarti pencari. Sungguh kreatif sekali untuk mendapatkan bahan hinaan.
Tidak sekali-dua Ameera berpikir, tentang
cantik wajahnya sesoerang. Apakah ia harus mengikuti standar ideal yang
dibentuk lingkungannya? Ameera, memang tidak punya orang tua lagi. Masa
kecilnya dihabiskan dengan berpindah-pindah dari saudara satu ke saudara
lainnya. Hal itu pula yang membuat ia selalu merasa bersalah karena pernah
dilahirkan, terlebih karena ia menjadi beban banyak orang selama ini.
Perasaan bersalah yang menghantuinya selama
ini, anehnya tak membuat ia untuk memberanikan diri mengakhiri hidupnya.
Layaknya seorang pencari seperti nabi Musa, Ameera mencoba mencari kebenaran
yang entah kapan bisa ditemuinya. Satu hal yang ia tahu dan selalu ia pegang,
bahwa kebenaran yang dicarinya selama ini masih bersembunyi entah di mana
rimbanya.
Ameera memang sudah menunggu-nunggu datangnya
hari ini. Hari di mana ia dapat diterima di salah satu perguruan tinggi negeri,
tentunya dengan nilai yang pas-pasan. Itu
adalah buah dari kerja kerasnya selama ini, setelah gap year selama
setahun, mati-matian belajar dan sambil bekerja menjadi office boy di
salah satu kantor kecil di pinggiran kota tempatnya tinggal.
Ketika bekerja sebagai pesuruh dan tukang
bersih-bersih di kantor itu, hampir sepanjang waktu Ameera menggunakan masker. Jadi,
tidak ada yang pernah tahu sesungguhnya ia terlihat seperti apa, selain manager
yang mewawancarainya saat wawancara.
Pada dasarnya, Ameera adalah orang yang ramah,
supel, dan suka bercanda. Hal ini mungkin berupa keturunan, karena ayah angkat Ameera
adalah orang yang humoris pula. Ayah angkatnya pernah berpesan, “Jalanilah
harimu sebagaimana kau memikirkan hidupmu selama ini. Jangan pernah kau patah
semangat, sekalipun seisi dunia tidak menyukaimu.”
Saat bekerja di kantor kecil yang gajinya
pas-pasan itu, Ameera kenal dengan beberapa pegawai dan sering terlibat dalam
perbincangan. Mereka yang kenal dengannya, tidak begitu penasaran pada masker
yang Ameera gunakan sepanjang waktu.
Hingga suatu hari, Ameera pernah berharap, saat
masuk ke dunia kuliah pun, dengan tanpa menggunakan masker ia bisa mendapatkan
banyak teman.
Harapannya terkabul, dunia yang ia dambakan
terwujud saat ia memasuki hari-hari perkuliahan. Ameera mendapat beberapa
teman, meskipun tidak begitu banyak dan mayoritas perempuan, yang dengan senang
hati mau berteman denagnnya tanpa pernah mempermasalahkan wajahnya. Kepercayaan
diri Ameera meningkat drastis, terlebih jika sedang bersama temannya, ia tidak
akan menundukkan wajahnya.
Namun, lain halnya ketika ia sedang sendirian.
Kebiasaan menundukkan wajahnya menjadi kumat, sehingga telapak kaki dan
wajahnya dapat dipastikan lurus sejajar. Ameera masih sering merasa takut,
ketika sedang sendirian. Takut diolok-olok, meskipun bisa saja ia memakai
masker untuk menyembunyikan wajahnya. Tapi ia tidak melakukannya, ia masih lebih
suka menunduk. Jarak pandang yang terbatas membuatnya nyaman, sekaligus
membuatnya merasa aman.
Beberapa bulan perkuliahan, pertemanan dan
pergaulan Ameera meluas. Ia termasuk mahasiswa yang aktif, dan banyak
organisasi yang ia masuki, sehingga banyak teman pula yang ia punya di luar
lingkup kelasnya. Akan tetapi, kebiasaannya saat sedang sendiri atau berjalan
sendiri tidaklah hilang.
Pada suatu waktu, Ameera dekat dengan seorang
laki-laki—Adam, kakak tingkat, satu jurusan dengannya. Berawal dari organisasi
yang sama, yaitu program siaran televisi kampus, di mana Adam adalah kameramen
handal, dan Ameera adalah tata busana yang tidak begitu pintar dalam memilih fashion.
Semakin hari, kedekatan mereka semakin lekat, sampi Ameera lebih sering
menghabiskan waktu dengan Adam ketimbang teman-teman perempuannya. Meski
begitu, teman-temannya yang lain tidak terlalu mempermasalahkan, bahkan
terlihat senang.
Hari-hari berlalu, Ameera yang sekarang
seperti mengabulkan hinaan para tetangga untuk mencopot wajahnya dan mengganti dengan
yang baru. Namun nyatanya, wajah Ameera memang berganti, hanya saja bukan wajah
baru, ia menjalani perawatan maksimal, pantangan makan beberapa makanan, dan
olahraga. Semua itu ia jalani sebaik
mungkin. Demi mewujudkan perkataan Adam, yaitu “Aku ingin kebiasaanmu
menunduk kamu hilangkan, entah apapun caranya.”
Satu-satunya cara yang dipikirkan Ameera
adalah merubah wajahnya, dan ada sejumlah uang yang ia butuhkan, maka ia pun
bekerja merawat nenek tua di salah satu rumah orang kaya dekat kampusnya, disela-sela
perkuliahannya yang semakin sibuk. Gajinya memang besar, asalkan dengan syarat
ia ikhlas dan sabar dalam merawat orang tua tersebut.
Perlahan tapi pasti, kepala Ameera terangkat.
Ketika ia menunduk, ia akan teringat pesan Adam, dan otomatis mengangkat
kepalanya. Kepercayaan diri yang terkikis sejak kecil saat berjalan sendiri di
tengah keramaian, mulai ia bangun kembali. Dan puncaknya, ia mendapatkan
beasiswa magang dan peenelitian tugas akhir di salah satu kampus di Illinois.
Hubungan Ameera dengan Adam berjalan dengan baik dan tidak ada masalah apapun
yang berarti selama ia menjalani perkuliahan.
Ameera termasuk anak kesayangan dosen yang
rajin, tidak heran jika ia mendapatkan beasiswa tersebut. Sebelum ia berangkat
ke Illinois untuk program magang dan penelitiannya, ia akan confess
kepada Adam tentang perasaannya.
Malam itu, setelah siaran di salah satu acara talk
show, Ameera dan Adam jalan menuju kos bersama. Ameera berpikir bahwa ini
adalah waktu yang tepat untuk menyatakan perasaannya kepada Adam. Lalu
keluarlah kalimat tersebut, kalimat yang berupa pengakuan atas perasaan yang
dimilikinya, dan perkataan yang pertama kali terucap dalam hidupnya.
Kalimat yang lebih seperti pengharapan untuk
diterima serta dibalas, terlalu banyak terima kasih atas hal-hal yang
sebenarnya tidak begitu berarti. Adam terdiam sejenak, menatap Ameera dengan
tatapan sayu. Lalu mundur selangkah, dan menggeleng, kata-kata yang keluar
hanyalah “Tidak, seharusnya tidak seperti ini, aku minta maaf”. Berbalik lalu
pergi meninggalkan Ameera menuju kamar kos yang sebenarnya bersebelahan.
Ameera terpukul, pasti, tapi ia akhirnya
tersenyum. Setidaknya ia dapat mengungkapkan apa yang dirasakannya dengan
jujur, meskipun ia tahu ia membuat kesalahan besar dengan menyukai Adam.
Bukankah seorang lelaki tidak boleh menyukai lelaki? Ia tidak tahu pasti. Toh
besok adalah jadwal penerbangannya ke Illinois, sebuah kota bagian dari negara
yang melegalkan hubungan sesama jenis. Ameera berharap, ia menemukan jawaban di
sana. Jawaban yang tak pernah ia temukan ketika ia menundukkan wajahnya.
*Perokok dan peminum alkohol yang melankolis.
Cita-citanya hanya menjadi raja Narnia atau mendapatkan duit 13 miliar dengan
rebahan