Menikah Tak Semudah Membuat Kacang Goreng
Friday, March 6, 2020
Edit
Penulis: Mukyo Mekaryo
Data Film:
Jenis Film: Romance
Produser: Frederica
Sutradara: Rako
Prijanto
Penulis: Johanna
Watimena
Produksi: Falcon
Pictures
Casts: Adipati
Dolken, Mawar De Jongh, Vonny Cornellya, Sari Nila, Ivan Leonardy, Clay
Gribble, Sarah Sechan, Jourdy Pranata, Tubagus Ali, Ravil Prasetya, Narga
Kautsar, Canti Tachril, Thalia Basir, Lili SP
Menginjak usia 22 tahun, bagi seorang perempuan, memutuskan untuk menikah
dengan siapa bukanlah perkara yang mudah. Apalagi kalau belum ada calonnya,
pilihannya seringkali ya hanya pasrah. Karena memang menikah bukanlah
perlombaan, dan yang duluan menikah juga belum pasti menjadi pemenang.
Di umur yang segitu, perempuan harus yakin terlebih dulu ingin menjalani
kehidupan selanjutnya bersama siapa. Karena ini soal menjalani kisah seumur
hidup dengan orang lain. Dalam hal ini, saya juga tidak bisa menampik kalau
hubungan pernikahan bisa awet dan akan terus berlanjut. Tetapi, tentu semua
orang punya keinginan yang sama soal itu, karena nikah sendiri sebenarnya
bukanlah urusan dua orang semata. Melainkan urusan dua keluarga dari latar
belakang yang berbeda.
Menikah, tentu sebelumnya dituntut agar paham dengan segala kondisi orang
yang akan menjadi pasangan hidup kita. Yang kadang kala, membuatmu bangga atas
kelebihannya, atau malah membuatmu keki setengah mati karena kekurangnnya. Dan kata orang, menikah berarti harus saling
melengkapi satu sama lain, dan aku gak bisa ngebayangin gimana rasanya, karena aku memang belum pernah ngerasain.
Pernah kepikiran buat nanya ke orang tua "gimana rasanya nikah?",
tapi malu, takut ditanya balik, "La udah pengen nikah po nduk?" kan
ambyar lur.
Mengarungi bahtera rumah tangga, tentu banyak bahagianya juga ujiannya. Tanggung
jawab yang semakin kompleks, adalah sebuah kepastian. Namun kata orang, semua akan terasa ringan
jika keduanya saling bergandeng tangan. Eaaakkkk... Uwwuuuw....
Film Teman tapi Menikah, yang awalnya tidak terlalu menarik bagiku, pada akhirnya memberikan sebuah pelajaran yang
berharga. Dan aku harus ngucapin terimakasih kepada seseorang yang udah nraktir
nonton.
Film Teman tapi Menikah 2 merupakan kelanjutan dari film Teman
tapi Menikah 1, yang diperankan oleh Adipati Dolken dan Vanesha Pricilla. Di
seri kedua ini, Adipati Dolken dipasangkan dengan Mawar de Jough oleh
sutradara.
Menceritakan sosok Ayudia bin Slamet alias Mawar, yang akhirnya menerima ajakan nikah sahabatnya sendiri
yaitu Ditto setelah 13 tahun. Di sini diceritakan
bahwa, sejauh apapun kamu bersahabat dengan seseorang, ketika sudah terikat dalam pernikahan, banyak
hal-hal baru yang kamu ketahui dari pasanganmu, dan kerap kali diluar
ekspektasi.
Hal itu bisa jadi karena status pernikahan ini, menjadikan jiwa dua orang
menjadi satu. Sehingga, batasan yang dulunya ada, hilang entah ke mana. Seperti
terhapus begitu saja.
Film Teman tapi Menikah 2, menurutku adalah film edukasi pernikahan.
Film ini, wajib banget ditonton buat kalian-kalian yang sudah berusia 22 tahun
ke atas. Terutama untuk para cowok.
Kenapa cowok? Karena dari film ini, seorang lelaki akan diberi gambaran ketika sudah
menjadi suami dari seorang perempuan. Lelaki di sini, akan memerankan sosok
bapak dalam rumah tangga. Dalam film ini, lelaki ditekankan harus tahu bagaimana
kondisi istri ketika hamil.
Konflik yang dibangun di film ini, adalah pada saat keadaan istri sedang
hamil dan banyak maunya. Kondisi suami yang kadang tidak peka, dan komunikasi
dua arah menjadi sorotan sangat penting dalam film ini.
Bagi para penonton, kalian bakalan disuguhi bagaimana beratnya menjadi
seorang istri, dan bagaimana ngilunya ketika mendampingi seorang istri
melahirkan.
Suami punya andil besar untuk bertanggung jawab dengan segala keaadan istri, mulai dari saat
dia hamil, melahirkan, menyusui hingga
membesarkan. Karena janin yang ada di
perut istri, anak siapa pak? Kodok? Bukan dong, ini adalah buah hati yang harus
dijaga sepenuh hati. Untuk itu, kerjasama dan pengertian adalah hal yang
penting dan paling utama.
Di samping itu suami juga harus tetap mencari nafkah demi keberlangsungan
keluarga. Nah, berat toh jadi seorang suami? Hayo udah pada siap belum dengan
konsekuensi yang begitu?
Untuk itu, menikah dengan orang yang
tepat adalah harapan semua orang. Kamu
tidak bisa memilih siapa yang akan menjadi anak, tetapi kamu bisa memilih siapa
yang akan menjadi bapak mereka bagi anakmu kelak.
Sebagai seorang perempuan, pastilah masing-masing dari kita punya kriteria,
dan untuk diriku sendiri aku punya kriteria, yang tentunya sangat subjektif
banget. Kira-kira berikut ini kriterianya:
Pertama, harus tahu dan paham ilmu agama serta toleran. Kenapa? Karena sebagai muslim—karena aku pengen nyari
yang seagama denganku—menikah bukan hanya sebatas penyatuan cinta, dan
meneruskan generasi yang berkualitas. Tetapi juga sebuah bentuk ibadah.
Kedua, paham dan mengerti tentang gender. Buatku ini hal yang penting,
karena di sini posisi istri sebagai patner akan lebih terasa. Ini juga khusus
para cowok yang otaknya masih patriarkis ya...
Ketiga, tentunya udah punya pekerjaan dulu dong, dan orangnya tidak pelit. Karena
kita membutuhkan penopang hidup, bukan sekedar lautan api akan aku sebrangi lho
ya. Dan kenapa harus ada kata tidak pelit?
Ya karena bener-bener gasuka aja dengan orang yang pelit. Terakhir dan yang paling utama adalah
memiliki rasa sayang, komitmen dan visi misi yang sama.
Oleh karena itu, menikahlah jika sudah merasa yakin. Karena menikah tidak
segampang bikin kacang goreng. Bagaimanapun jangan biarkan hatimu merana
sendiri~~
Sebagi penutup, saya ingin mengucapkan terima kasih untuk Mawar dan Adipati
yang memerankan film ini secara totalitas, serta membangkitkan emosi penonton.
Film ini kisah nyata dari pasangan Ayudia Bing Slamet dan Ditto Percussion.
![]() |
Kader PMII Rayon Ekuilibrium |