Mengkampanyekan Pendidikan Seks
Sunday, March 29, 2020
Edit
![]() |
Sumber Foto: merdeka.com |
Penulis: Izzati Sholihah*
Maraknya kasus dismoralitas para siswa akhir-akhir ini, menjadi
ancaman yang serius di ranah pendidikan. Kasus asusila yang terjadi di SMP
Kecamatan Playen beberapa waktu lalu, menunjukkan begitu krisisnya moral para
siswa sekarang ini. Kelakuan para siswa yang sudah menyimpang begitu jauh
tersebut, merupakan indikator kemunduran atau degradasi bibit penerus bangsa.
Bila dinilai, kejadian dismoralitas para siswa dewasa ini, adalah salah
satu faktor yang menghambat kemajuan pendidikan. Tidak jarang, kejadian
menyimpang seperti itu berujung dengan hal-hal yang tidak diinginkan, seperti
pornografi dan pornoaksi. Kendornya pengawasan oleh pihak keluarga dan sekolah, bisa jadi merupakan
faktor penyebab timbulnya tindakan asusila tersebut.
Sering kali, keluarga acuh terhadap anak-anaknya, terlebih jika berbicara
persoalan seks. Sangat jarang sekali dalam suatu keluarga—jika tidak bisa dibilang tidak pernah—membicarakan soal pendidikan seks. Seks, dalam konteks keluarga Indonesia kebanyakan, dianggap sebagai hal yang tabu untuk dibicarakan di dalam
keluarga. Padahal semestinya, para orang tua sudah harus membekali pendidikan
seks kepada anak-anaknya sejak dini.
Bukan berarti mengarahkan kepada hal yang
negatif. Akan tetapi, karena pendidikan seks, sudah menjadi kebutuhan hari ini.
Jika dari lingkup keluarga masih tabu untuk membicarakan seks, bisa disimpulkan
bahwa ada yang bermasalah. Pasalnya, keluarga adalah gerbang awal untuk
memahkan anak-anak soal seks itu sendiri.
Begitupun dengan pihak sekolah, yang sering lalai jika membicarakan
tentang seks. Padahal, jika ditinjau lebih jauh, pihak sekolah mempunyai peran yang besar dalam membentuk
kepribadian dan karakter siswanya. Pihak sekolah, sering kali memang lebih
mementingkan kecerdasan intelektual dari siswanya, dan acuh sama sekali terhadap persoalan seks. Maka, anggapan yang terbangun, seakan-akan
menggambarkan sekolah hanyalah tempat di mana anak-anak harus mematuhi semua
aturan yang berlaku.
Tidak berhenti sampai di situ, penyalahgunaan teknologi juga mempengaruhi serta mendorong para siswa
menjadi lebih mudah melakukan tindakan asusila ini. Internet, yang
seharusnya menjadi kebutuhan para siswa dewasa ini, malah menyimpang dan sering
disalahgunakan. Dengan mudahnya mengakses situs porno, hal tersebut menjadikan para
siswa semakin terjerumus ke dalam pergaulan yang salah. Hal ini, secara tidak langsung
adalah akibat pendidikan seks masih dianggap tabu hari ini.
Saya rasa, sudah waktunya pihak keluarga mengajarkan pendidikan seks kepada
anak-anaknya. Pendidikan seks, tidak layak lagi jika dipandang sebagai hal yang tabu.
Pendidikan seks, akan banyak bermanfaat jika para anak sudah mendapatkannya dari
keluarga, sekolah dan
lingkungan yanga ada.
Nantinya, para anak akan
lebih memilih dalam bergaul—pergaulan yang baik. Pihak keluarga, juga
diharapkan lebih mengawasi serta memperhatikan penggunaan teknologi dan
pergaulan anak-anaknya. Karena, tidak jarang pula pergaulan anak menjadi hal yang
sering luput dari pengawasan orang tua. Yang pasti, jangan sampai mengekang kebebasan anak, dan
memang dirundingkan secara perlahan.
Selanjtunya, pihak
sekolah sebagai lembaga pendidikan, seharusnya sudah lebih memperhatikan para
peserta didiknya. Selain mengajarkan kecerdasan intelektual, pihak sekolah
harus mengayomi dan lebih peduli lagi terhadap kondisi para siswanya.
Pendidikan seks, seharusnya juga lebih dimaksimalkan di sekolah. Agar, tidak ada lagi terjadi
kasus menyimpang oleh para siswa. Selain itu, pengarahan
yang cerdas dalam menggunakan teknologi menjadi salah satu faktor yang tidak
boleh luput dari pengawasan pihak sekolah.
Sebenarnya, bukan pekerjaan yang sulit untuk mencegah terjadinya
tindakan asusila yang dilakukan para siswa, serta melindungi anak-anak dari
ancaman pornografi dan porno aksi. Keluarga dan pihak sekolah, adalah tempat
yang seharusnya menempa para anak dan para siswa yang cerdas dengan persoalan
seks. Jika para anak sudah paham persoalan seks, ini menjadi salah satu jaminan
membentuk para anak dan siswa yang cerdas serta bijak dalam arus modernisasi
seperti sekarang ini.
Karena tidak bisa dipungkiri, di tengah arus
globalisasi seperti sekarang ini, akses terhadapa ha apapun—termasuk soal seks
dan segala macamnya—menjadi lebih mudah. Jika hal ini tidak dibarengi dengan
strategi pengawasan dan penggunaan yang tepat, maka menjadi hal yang niscaya
menimbulkan efek negatif nantinya. Oleh karena itu, tunggu apa lagi untuk
mengkampanyekan bahwa pendidikan seks itu penting? Mau nunggu pemerintah turun
tangan? Jangan mimpi!
*Pemerhati isu seksualitas dan isu anak.