Terjebak dalam Gelap dan Sehimpun Puisi Lainnya [Puisi]
Saturday, February 1, 2020
Edit
![]() |
Sumber Foto: inilah.com |
Puisi yang Gagal
Hari-hari,
Aku kecewa padamu…
Entah apa, kau tak lagi membuatku
tersenyum
Berselimut cahaya redup
Aku tak harus berbuat apa-apa
Karena hari-hari akan melengkapi
Semua kegagalanku pada puisi
Apakah Aku Tetap Bisa Menyentuh Pagi tanpa Memandang?
Kursi yang ku hampiri mengeluh bosan
Di balik genangan tulisan
Membanjiri setiap katanya
Dengan hujan.
Dan hujan lagi.
Membuatku enggan untuk merasa
Hati yang terlipat,
Menghitam seiring pecahnya awan.
Sebuah senyuman,
Di ujung lantai ketiga dari
kotaknya.
Menerbitkan pagi
Entah dia menghilang tersentuh
matahari
Hampa pandanganku.
Takkan bisa meraihnya lagi
Pagi, tolonglah
Untuk sekali ini aku menangis
Melihat kenyataan yang gelap
Dan aku tetap saja bertanya
Apakah akan selalu terjawab?
Apakah aku tetap bisa menyentuh pagi
Tanpa memandang?
Terjebak Dalam Gelap
Di ujung lorong yang tak berlantai
Telah menyapa senyumanmu,
Sambil berlalu tetap ku sambut,
Takkan ku biarkan bulan itu
Merebutnya kembali
Dari hujan-hujan, juga genangannya.
Akulah seseorang yang menulis
Pada dunia tentang kita
Seandainya saja kau tahu sebutir
kenangan
Di sanalah tak akan ku lepas tatapan
Akulah musik yang bermain suara
Menyanyi saat kau ajak aku dalam
cerita
Tertawa lepas memulai senja
Entah di mana lubang kunci itu
berada,
Tatkala telah ku temukan kata-kata
untuk membukanya.
Membuka mataku saat terjaga
Seandainya saja kau di sana
Dengan senyumanmu yang biasa.
Menemaniku mencari dalam gelap
Dan ketika aku terjebak.
Tentang Huruf Kedua
Huruf kedua setelah kata-kata
Terlambat saat aku menunggu
Tetapi senyuman tidak menghilang
Tatapannya pun merekat sejuk
Membawa setiupan angin
Yang berhembus melewati pikiranku,
Tentangnya, huruf kedua…
Huruf kedua yang ku gambar hitam
Melekat erat tergenggam hatiku
Sekalipun tanpa tawa lagi,
Kepergian matahari cukup membuatnya
sendiri
Dalam pelukan dunia.
Terimalah maafku pada hujan, pada
tangisan.
Janji malam tak akan pernah melepas.
Tatapan juga nyanyiannya.
Di antara bait-bait puisi.
Di sana lah kita bertemu merangkul
dingin.
Karena kau lah huruf kedua.
Huruf kedua berbentuk jemari
Selalu sama denganku
Sedikit lebih besar.
Tak apalah…
Selama tergenggam jemari besar itu,
Selama itu ku kenang huruf kedua.
19 Maret 2014