Sebab Bangsa dan Puisi Lainnya [Puisi]
Friday, February 7, 2020
Edit
Penulis: Bani Kamhar
Kepada Bangsa
Ada yang tak bisa dibaca oleh bahasa
bangsaku
Mestinya aku tak pernah belajar ini
dari dulu, bahwa
Pengangguran sering dibaca sebagai
sampah
Dihambur-lepaskan hingga layu
diseret angin peradaban
Ada yang tak bisa dieja oleh bahasa
bangsaku
Bangsaku mengeja gelandangan
satu-satu, lalu
Diasingkan dari kota ke kota
Dilarang makan di samping
gedung-gedung megah
Ada yang salah dihafalkan dari kosa
kata bangsaku
Tikus-tikus liar dibiarkan menghafal
dosa-dosa
Dan melupakan berapa jumlah bulu
burung garuda
Sekarang, aku hanya ingin membaca
bahasa cinta
Bahwa ia harus dicari sampai ke
tubir dunia
Aku hanya ingin mengeja cinta,
cermat satu-satu
Mengafalkan segalanya dengan cinta
Aku hanya ingin cinta dari bangsaku
Yogyakarta-Ngawi, 2019-2020
Pada Hembusan Napas Akhirku
Pada hembusan napas akhirku nanti
Ku ingin kau tebar doa-doa paling
cinta
Yang pernah ku ajarkan padamu
Jika berkenan, pada masa setelah
napasku bersatu dengan doa-doa itu
Pada setiap sore menjelang bumi
menyelimuti matahari
Selepas atau sebelum kau berangkat
pakansi dengan kekasihmu
Ku ingin mendengan bunga-bunga jatuh
ke atap kamar gelapku
Di bumi pertiwi ini
Bawalah serta kekasihmu itu
Agar ia belajar bagaimana seharusnya
Menjadi seorang kekasih seperti aku
;budak bahasa yang selalu merapikan
huruf-huruf kecewa
ke tempat semestinya
Yogyakarta, 2019
Para Kekasih telah Tiada
Para kekasih telah tiada
Dibakar hangus runtutan peristiwa
Gejolak dendam dalam dada
Adakah puisi yanng dapat bertukar
posisi dengan
Sebilah pisau untuk dapat membawaku
ke hadapannya?
Para kekasih telah tiada
Di beranda rumah-rumah desa aku
mengenangnya sebagai sawah
Yang selepas masa panen telah
disulap jadi gedung-gedung megah
Komposisi peradaban baru diracik
Di antara kucuran airmata para
kekasih yang telah tiada
Dan para kekasih itu ditemukan
Membawa sebilah puisi yang
dihunuskan
Tepat di papan-papan reklame
Pembangunan masa depan
Yogyakarta, 2019
Malam Ini Aku Ingin Menjadi Nuh
Malam ini aku ingin menjadi nuh
Dilepas-pasrah di atas sebongkah
tubuh
Seorang perempuan yang sudah sejak
lama ku persiapkan
Dengan mantra kasih bersulam rindu
dari kesunyianku
“sampaikan kepada kekasihku, nahkoda
itu, sampai kapan
perjalanan ini usai?”
Sampai gemuruh gelombang pernapasan
ini selesai diombakkan
Aku masih ingin tetap berlayar
menjadi nahkoda yang nekat
Menyusuri samudera kenangan tak
bertepi ini
Kekasih, malam ini aku ingin
mencintaimu
Menuntaskan dendamku atas seribu
perempuan
Yang melepas-pasrahkan hidupnya pada
kebutuhan seluruh zaman
Yogyakarta, 2019
Sebab Bangsa
-sebab
tragedi
Seekor pelukan lepas dari sangkar
Senampan anjing dihidangkan
Dan sebotol urin jatuh, pecah
Di persimpangan jalan
Malam macam apa ini, sayang?
Aku mendengar empat puluh tiga
pemuda harapan
Diamankan dari kemerdekaan
Dituduh kencing sembarangan
Mendekatlah, sayang!
Mari kita ulangi sekali lagi
Ritual cinta yang belum selesai
Yogyakarta, 2019
![]() |
Bukan penyair, bukan mahasiswa, bukan penikmat kopi, dan bukan yang lainnya. Karena penulis memang bukan siapa-siapa, cukup sekedar teman katanya. Biaaaahhhh! |