Pada Sebuah Keberangkatan dan Puisi Lainnya
![]() |
Sumber Foto: gettyimages.com |
Penulis: Bani Kamhar
AKU TAK TAHU
I/
Saat ketika Hawa diserap kembali ke
tubuh Adam
Dan kedua bagian itu menunggal dalam
lipatan dunia
Aku tak tahu apakah camar dan
ikan-ikan berhenti bertanya
Tentang semestanya masing-masing
Saat ketika jiwa Adam lepas dan Hawa
adalah satu-satunya
Pengembala wanita yang siap
menampungnya
Aku tak tahu apakah daun-daun yang
berguguran di musim kemarau
Masih ingat dari ranting mana ia
jatuh
Aku tak tahu apakah sudah semestinya
Ketika Adam disebut, maka Hawa harus
ikut
Seperti halnya kegagalanku memahami
apakah Adam dan Hawa
Merupakan jenis kelamin manusia atau
cinta
II/
Dan dalam puisi ini
Benarkah aku sedang berhadapan
dengan perempuan
Atau jangan-jangan aku sedang
berhadapan dengan wujud Tuhan?
Yogyakarta, 2019
LIBURAN DAN DOA
1/
Laki-laki pergi berlibur untuk
menemui dirinya sendiri
Mematahkan keangkuhannya di puncak
pegunungan
Menyelami ketakutannya di dasar
lautan, dan
Menelanjangi masa depannya di
sepanjang jalan
Laki-laki pergi berlibur untuk
meleburkan segala yang menyakitkan
2/
Dari masa ke masa, perempuan tak
pernah berlibur
Ia serupa napas jutaan manusia,
menjelma asap pada tungku dapur
Senjata bagi tiap petarung, desir
doa dalam kehidupan semesta
Perempuan tak pernah berlibur
Ia ladang semoga bagi segala yang
lupa untuk dipinta
3/
Sepasang kekasih berlibur di ladang
tubuhnya masing-masing
Meramaikan pelukan setelah
menuntaskan luka sebab cinta
Yogyakarta, 2020
MENAHAN KESEPIAN TAHUNAN
Aku bisa menahan kesepian bertahun-tahun
Tanpa pelukan atau ciuman dari
permpuan mana pun
Pelukan dan ciuman hanya ritual
kesepian
Yang dilakukan sepasang kekasih
Sebelum dan selepas temu di terminal
bus,
Stasiun kereta, halte kota, atau
rawa-rawa
Dan semak belukar lainnya
Sebagai dua manusia dengan kekasih
yang sama
Dalam kehidupan dan kematian kelak
Pelukan dan ciuman amatsangat
mustahil
Tanpa seizin dari kekasih kita
masing-masing
Dan sampai ketika puisi ini selesai
kau baca
Aku masih bisa menahan kesepianku
Dari tahun ke tahun berikutnya
Yogyakarta, 2019
DALAM CINTA
Dalam cinta
Aku menyaksikan pejalan kaki
Memberi sebungkus nasi kepada
Seorang pengemis di sepanjang
trotoar
Menuju taman ‘adn
Dalam cinta
Matahari bercengkerama dengan
Gelandangan lewat siul angin
Di bawah pohon beringin
Di ujung gang firdaus sana
Dalam cinta
Seseorang bisa mnjadi pngemis dan
gelandangan
Menempuh jalan menuju keabadian
Yogyakarta, 2019
PADA SEBUAH KEBERANGKATAN
Berpuluh kali lambai tanganku tak
dapat menggapaimu
Di pertengahan pesta musim dingin
ini
Padahal aku telah melanglang tiap
malam
Berlalulalang dalam barisan embun
yang turun
Tiap kurun waktu sehabis cahaya
matahari berjatuhan
Pada atap rumah-rumah warga, lalu
nyelinap begitu saja
Ke dalam kamar kos tetangga,
membiarkan kamarku hitam jelaga
Dan tubuhmu yang merona, Mila
Belum sepenuhnya menutup tubuhku
yang basah
Dibasuh halimun muda itu
Kini aku mengerti
Mengapa telapak tangan ini seolah
bisu di matamu
:segalaku telah hilang semenjak
pulang kau sebut perpisahan
Yogyakarta, 2019
![]() |
Bukan penyair, bukan mahasiswa, bukan penikmat kopi, dan bukan yang lainnya. Karena penulis memang bukan siapa-siapa, cukup sekedar teman katanya. Biaaaahhhh! |