Bung Karno Menerjemahkan Iqro'
Monday, February 24, 2020
Edit
![]() |
Sumber Foto: mizanstore.com |
Identitas Buku
Judul : Bung
Karno "Menerjemahkan" Al-Qur'an
Penulis : Mochamad Nur Arifin
Penerbit : Mizan IKAPI
Tebal : 271
"Aku dipuja layaknya
dewa dan dikutuk layaknya bandit." Begitulah Bung Karno menggambarkan dirinya sendiri dalam
auto-biografinya. Dengan kontroversi perilaku dan jasa besar serta jiwa
pengabdiannya untuk tanah air Indonesia Raya, segala hal tentangnya menarik
untuk diulas. Siapa yang memandang dia dari sudut gelap ataupun terang,
pastilah akan sangat mudah mendapatkan perhatian. Yak, begitulah Sukarno.
Kau anak
Indonesia? Kau pemuda Indonesia? Kau kenal Sukarno? Ya, Sukarno! Kau kenal? Apa
yang kau kenal tentang sosoknya? Seperti apa sukarno yang kau kenal?
Aku mengenalnya
sebagai seorang yang sentimental. Dia memikirkan hal-hal secara mendalam. Dan
istimewanya dia, semua yang diolah di dalam otaknya, dia aduk-aduk di dalam hatinya.
Terkadang dia susah-susah sendiri, gelisah-gelisah
sendiri. Kegelisahan ini yang membawanya lari kesana kemari. Namun, setelah
dilarikan kesana kemari oleh gundah-gelisahnya, kemudian sejurus jalan dia
menemukan ilhamnya. Eureka! Ilham itu datang. Memberi pencerahan.
Di dalam Al-Qur'an, dijelaskan
tentang bagaimana cara mengajarkan manusia untuk mengetahui secara mendalam berbagai
hal. Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu yanh Maha Pemurah. Dengan pena.
Mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya. (QS AL-'Alaq [96]: 1-5)
(Husain Haekal,
1993:79)
Apa yang dibaca
Nabi Muhammad saw.? Secara tekstual adalah ayat suci Al-Qur'an. Namun, secara
kontekstual yang dibaca Nabi Muhammad saw adalah fenomena. Fenomena itulah
yang menjadi objek misi kenabian.
Menciptakan fenomena baru yang penuh harap, sebagai
pengganti dari fenomena lama yang penuh dengan durjana. Merobohkan
tiang-tiang diskriminasi sosial, ketidakadilan ekonomi, dan hegemoni politik.
Untuk menegakkan tiang-tiang kesederajatan sosial, keadilan ekonomi, dan
kebijaksanaan politik. Itulah misi kenabian Muhammad saw. Yang diderivasi
dari proses Iqra' pada wahyu pertama.
Membaca adalah
sebuah keharusan bagi sang pemuda, sebab dengan membaca kita bisa mengetahui
apa yang belum diketahuinya. Yak, membaca realitas. Bung Karno seorang yang sangat
gemar membaca. Dia menjalankan tugas Iqra' dengan senang hati. Yang saya maksud adalah
membaca realitas itu sendiri.
Bung Karno juga gemar
dalam hal refleksi. Dengan kegelisahannya, dia melakukan refleksi diri untuk
membaca realitas bangsa Indonesia. Bung Karno suka membaca dengan artian denotatif,
yaitu membaca teks buku. Bung Karno, di dalam buku ini mengisahkan, bahwa awal kesadarannya tumbuh dari
proses membaca ketika Tjokroaminoto, gurunya, memberikan banyak buku pada bung besar ini.
Begitulah
potret awal dari Sukarno. Seseorang yang reflektif. Percaya pada kekuatan ilham
yang ditunjukkan Tuhan. Dan yakin pada masa depan nasib bangsanya. Sukarno
belajar sepenuhnya dari jalan hidup Nabi Muhammad saw. Sosok yang paling dikaguminya. Sampai Bung Karno waktu itu
mengunjungi makam Nabi Muhammad saw. di Makkah, Sukarno melepas seluruh
atribut kenegaraan yang melekat di dirinya.
Kenapa hal itu terjadi?
Sebab, bagi bung Karno dan bahkan seluruh umat manusia, Nabi Muhammad saw. lah yang memiliki pangkat tertinggi di jagat kehidupan manusia. Pangkat Nabi
Muhammad saw. lebih dari
siapa pun. Sukarno merasa sangat tidak elok mengenakan pangkat di depan makam
manusia paling berpangkat di jagat raya. Begitulah Bung Karno mengamalkan ayat,
Bacalah!!!
![]() |
Kader PMII Rayon Pondok Syahadat (RPS) |