Tahun Baru yang Basah dan Sekumpulan Puisi Lainnya [Puisi]
Tuesday, January 28, 2020
Edit
![]() |
Sumber Foto: manado.tribunnews.com |
Sang Koreografer
Tarian malam.
Sang koreografer bertahan
Lelah air mata menghapus kebahagiaan
Saat lagu-lagu berputar,
Menciptakan pola bentuk tari
Sepatu berdecit bumi,
Peluh hujan tanpa gerimis itulah
Yang telah menjangkau puisinya,
Meluluhlantakkan hatinya.
Tapi sang koreografer tetap bertahan
Menggenggam matahari, tersenyum pada
tangisan
06 Desember 2013
Menghitung Mundur
Hujan menghiasi gelapnya warna hitam
Di ujung lantai dualah,
Aku menatap canda malam
Di sela kantuk dan beberapa cahaya
Mulai melindasi senyuman-senyuman
Aku bergerak memainkan gaun
Yang kupakai untuk menyinari
panggung
Saat itulah derita takkan menyentuh,
Bahkan tawa pun bergema mengikuti
lagu.
Meraih bait puisi,
Bersenandung dingin udara
Ketika bunga-bunga tak juga
terbangun
Bersama, aku dan kau,
Menghitung mundur.
Dan segala yang dicuri dari
pandangan dunia
Akan kembali pada matahari.
15 Januari 2014
Tahun Baru yang Basah
Tahun baru yang basah,
Oleh hujan atau pun air mata
Tak ada beda dengan kata-kata
Warna biru enggan menjauh dari
senyumanku
Yang semakin menetes keluar,
Merembes melalui waktu.
Sangat singkat matahari terbit
Tanpa sapa, langit mengucap suka
Dan siapa hendak percaya
Jika saja pesan singkatnya terbalas
Entah dengan mimpi-mimpi
Atau pun genggaman yang tak pernah
lepas
Meski menggeser senja,
Langit tetap mengedipkan senyuman.
Tahun baru yang basah.
Pertama dekapan memberi suasana
Kehangatan dan wangi udara
Pada saat berakhir hujan
Teranglah dunia dengan tawa
Tawa tahun baru…
Namun kali ini tahun baruku basah
Basah oleh hilangnya air mata.
15 Januari 2014
Athena yang Biru
Menulismu di hatiku adalah merah
Namun, kala langit malam menangis
Jum’at pagi selalu saja biru
Menggenggammu saat dingin menyapa
Dan takkan pernah ku lepas tawa
Di antara kalian yang mengisi
hari-hari
Biru….
Seperti Athenaku,
Seperti saat kita berlari menembus
lautan
Walau tongkat musa tak tersentuh
mimpi
Tetaplah kita mengejar awan.
Biru…
Seperti Athenaku,
Seperti langkah menyentuh mentari
pagi
Di antara kabut dan embun-embun
Yang berserakan penuh warna
Ujung jalan tempat pijakan
Keduapuluh pasang mata memandang
Masa depan seterang harapan
Selalu biru…
Seperti benakku…
15 Januari 2014