Puisi-Puisi Bani Kamhar*
Monday, January 27, 2020
Edit
![]() |
Sumber Foto: flickr.com |
KESAKSIAN TERAKHIR
Sengaja ku bentangkan jarak padamu
agar puisi ini terus bergerak
mengalir ke hilir kerinduanku
Kesaksian terakhir;
pada bening matamu
ku teguk kata satusatu
pada batas antara detak napasmu
perlahan aku menjadi asing
bersaing dengan siangmu yang sibuk
dan malammu yang diselimuti kantuk
detik jam di pergelangan tanganmu
adalah ketukan selamat datang
bagi kesunyianku
Yogyakarta, 2019
SEBELUM PERGI
Keningku siap menjadi suaka bagi
Segala bentuk kenang dari bibirmu
Bisa saja umpatan yang melompat dari
Goa bahasa di kerongkongannya
Atau kecup yang mengecap berwarna
Merah muda dari lipstik yang tak
sengaja
Kau beli di lapak tetangga
Kini aku tak butuh jenis lainnya
Dari segala macam wanita
Hanya seperti ibuku yang aku minta
Ia selalu menyuruhku mengucap doa
Sebelum berangkat sekolah
Dan mengecup keningku sebelum jiwaku
Damai dalam mimpi indah
Sebelum pergi, ibuku selalu
menyiapkan puisi pelukan
Yang tak bisa ku tuliskan
Yogyakarta, 2019
ARKAIS
-untuk ibu yang tenang di sana
Pendar cahaya dalam rumahku
sahut-sahutan. Kaget
Setelah tahu keringat di dahi ibuku
keluar menahan aku
Bapak memanggilnya
Dengan bijak, ia elus dahi itu
Dan keringat perlahan takluk di
tangan kirinya
Sedangkan yang kanan, jari-jarinya
mengisi celah
Di jari lainnya. Membujuk tegang
agar tenang
Nenek tiba dengan kerudung
awut-awutan
Bersamanya tabib perempuan
Segera ambil peran
Bapak mundur perlahan
Dan tak lama kemudian
Aku gelagapan
Di teras rumah, kakek duduk santai
Mulutnya penuh asap ketika berkata,
‘aku ingin anak itu menjadi pemimpin
yang baik’
Dan aku berbisik kepada ibu,
‘aku tak mengharap apa pun di dunia
ini kecuali doamu’
Yogyakarta, 2019
KU LAYANGKAN PADAMU PUISI
Berkali-kali aku menyapamu dengan
puisi
menghidupkan huruf-huruf mati yang
berbaring dalam kepala
mengetiknya jadi bahasa bayi untuk
mengetuk hatimu yang sunyi
Puisi adalah bahasa semesta kepada
manusia
Nyanyian alam bagi para pecinta
Cinta telah merubah wujud manusia
menjadi tuhan dalam laku hidupnya
Puja dan puji bagi mereka yang
bahagia
beterbangan dari jiwanya menuju
langit hati kekasihnya
Kulayangkan padamu puisi setiap hari
agar tuhan yang bersemayam dalam
dirimu
berfirman melalui senyumanmu padaku
Yogyakarta, 2019
ROSARIO
Kalungi aku dengan butirmu
sampai genap yang ganjil dalam jiwaku
Kuberikan padamu leher
atau jari-jari di tanganku
Memutarlah di sana!
Dalam kamu
berkali-kali kusebut namaNya
sampai minggat segala dosa-
dosa mencintai dalam pejam
dalam diam
khusyuk
padamu
jadi
aku
Yogyakarta, 2019
![]() |
Penulis: Khairul Umam
*Bukan penyair, bukan mahasiswa,
bukan penikmat kopi, dan bukan yang lainnya, karena penulis memang bukan
siapa-siapa, cukup hanya sekedar teman katanya. Biaaaahhh!
|