Ayat Rindu dan Puisi Lainnya [Puisi]
![]() |
Sumber Foto: dakwatuna.com |
Penulis: Bani Kamhar
MENAFSIR JUMPA
Di tengah gelombang senja
Saat ku pagut luka dalam dada
semesta
Sebagian tanah dalam tubuhku
Terbang di punggung waktu
Ia bekerja begitu cepat
Menumpulkan runcing siasat
Yang telah ku pelajari dari sejarah
si gila
Menafsirkan setetes darah jadi cinta
Sesampainya pada ujung penafsiran
itu
Punggung waktu telah lepas dari
detaknya
Beralih menuju merah jambu pipimu
Dan seketika, ku gali tubuhku
untuk memendam jasadmu
Yogyakarta, 2019
PEREMPUAN DALAM BAYANGAN
Aku membayangkan sebuah sore
Dengan panorama laut beserta
lalulalang
Angin seliweran di depan mata kita
Yang tabah menyaksikan kesibukan
mulut
Dari seribu pasang kekasih yang saling
bercengkerama
Sebelum mulut itu mencengkram antara
satu dengan lainnya
Adu ludah dan lidah
Kemudian lapat-lapat sirine burung
camar
Saling kejar dan cahaya merah merona
Bercampur kuning muda mengingatkan
kita
Pada bunyi bedug dan damar neon
Tanda gerombolan jangkrik dan
kelelawar segera tiba
Tetapi dalam bayanganku itu
Dari ketinggian ini, kita tetap
Dan khusyuk menatap kehilangan
seribu pasang kekasih
Pada atap penginapan di sepanjang
pantai selatan
Aku telah membayangkan sebuah petang
Matamu dipenuhi bintang-bintang
Dan elok tubuhmu pebuhi aku yang
jalang
Yogyakarta, 2019
AKU INGIN SELALU MENGINGATMU
Aku ingin selalu mengingatmu
Seperti ingatan segar dalam puisi
perpisahan
Ingatan yang selalu ditulis penyair
dengan airmatanya
Ingatan berupa gigil tubuhku yang
dihangatkan tubuhmu
Ingatan bibirmu menyapa bibirku, dan
Ingatan kedua matamu menggali
kedalaman mataku
Aku ingin tinggal di bagian terkecil
dari kota ini
Agar kehilangan dan kesedihan selalu
ku kenang
Mendengar detak jantung para penyair
pada bait-bait puisi
Mendoakanmu di antara candi-candi
dan sunyi-sepi
Yogyakarta, 2016
AYAT RINDU
Bila ku kantongi seluruh airmata
yang jatuh
Sebab mengingat sebuah nama dan
peristiwa
Lalu ku siram dengannya api neraka
hingga padamu
Segala yang mengganggu ibadah cinta
kita
Maka tak ada lagi keraguan untuk
kita
melanjutkan sandiwara ini
Sekarang mari kita bagi tugas!
Kau yang menangis sebab rindu
Dan aku yang menampung airmatamu
Lalu ku siram neraka dengannya
hingga jadi abu
Yogyakarta, 2016
ZIARAH II
Ada yang ingin selalu ku ulangi berkali-kali
Pertama, menjadi bayi yang selalu
dekat dengan ibu,
Mendengar degup jantungnya,
merasakan hangat peluknya,
Dan meminjam deru nafasnya untuk
jaminan nafasku yang tak sempurna
Kedua, aku selalu ingin mengulang
pertemuanku denganmu,
Membidik jantungmu lewat kedua mata
yang kau buka lebar
Saat menatapku, harum tubuhmu yang
ku simpan rapat dalam saku, kini
Telah mewangi dalam ruang dadaku,
dan perahu indah yang berlayar di mulutmu itu, duh!
Aku bisa merasakan bagaimana menjadi
nelayan yang lupa arah jalan pulang
Sebelum kau menjadi kekasihku, mari
ku antar kau
Ke taman surga ibuku. Di sana kita
pungut dedaunan kering
Kita cabut rumput liar yang
mengganggu ibadah cinta kita di sana
Selanjutnya kita berdoa. Selebihnya
aku yakin, ibu akan merestui cinta kita
Aku ingin berkali-kali mengulang
ziarahku denganmu
Yogyakarta,
2019
![]() | |
Bukan penyair, bukan mahasiswa, bukan penikmat kopi, dan bukan yang lainnya. Karena penulis memang bukan siapa-siapa, cukup hanya sekedar teman katanya. Biaaaahhh! |